Kisah Figur Perempuan dalam Politik Lokal Kalimantan Barat
Oleh: Severianus Endi
Sepanjang sejarah politik lokal
di Kalimantan Barat, masih sangat sedikit figur perempuan muncul dalam
posisinya sebagai kepala daerah. Pada pilkada 2017 di dua daerah di provinsi
ini, kemunculan figur perempuan cukup mendominasi.
Di Kabupaten Landak ada kandidat
tunggal Karolin Margret Natasa yang menggandeng Heriadi incumben wakil bupati.
Karolin memulai debut politiknya di Senayan dua periode, meraih ranking
nasional dalam mendulang suara. Dia anak pertama dari mantan Bupati Landak dua
periode yang sekarang menjadi Gubernur Kalimantan Barat, Cornelis.
Di Kota Singkawang, dari empat
pasang kandidat, dua kandidat wali kota adalah perempuan dengan masing-masing
wakil laki-laki, dan keduanya sama-sama dari kalangan Tionghoa dan satu marga
Tjhai.
Kandidat wali kota Tjhai Nyit
Kim, juga dikenal sebagai Malaika Fitri, istri wali kota incumbent Awang Ishak,
belum terlihat kiprahnya di dunia politik. Sementara kandidat wali kota Tjhai
Chui Mie, pernah menjadi Ketua DPRD Kota Singkawang.
Pada pencoblosan 15 Februari,
Karolin di Landak dan Chui Mie di Singkawang meraih suara teratas. Sejarah
kembali mencatat, figur perempuan telah "merebut" posisi puncak
pimpinan daerah.
Kalimantan Barat mencatat
sejumlah kecil figur perempuan sebagaikepala daerah. Catatan sejarah
menyebutkan, seorang perempuan bernama Rohana Muthalib menjadi Wali Kota
Pertama di Pontianak, ketika terjadi perubahan Undang-undang Pemerintah
Kerajaan Pontianak pada 16 September 1949.
Setelah itu, belum ada seorang
perempuan yang menjadi wali kota. Figur perempuan sempat ikut bertarung dalam
Pilwako Pontianak pada 2008 dengan kemunculan Sri Astuti Buchary, istri Wali
Kota Incumbent kala itu, Buchary A Rahman, meski kalah.
Sejarah bupati perempuan pertama
tercatat ketika Juliarti Djuhardi Alwi menjadi Bupati Sambas periode 2011-2016,
sebelumnya sebagai wakil bupati. Juliarti kalah pada pertarungan
periode kedua, ketika rivalnya, Hairiah yang pernah menjadi
anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI, muncul sebagai pemenang meski
hanya sebagai wakil bupati.
Dalam Pemilukada Kabupaten
Melawi 2010, Incumbent Bupati Suman Kurik yang akan bertarung kembali, mendadak
meninggal dunia. Istrinya, Yustina Indan Suman Kurik menggantikan posisinya
sebagai kandidat bupati, meski kalah. Waktu itu, Kalimantan Barat sedang
menggelar Pemilukada di enam kabupaten, dan Yustina merupakan satu-satunya
kandidat perempuan. (*)
Credit foto: Suasana di sebuah
TPS di Kota Singkawang, Kalimantan Barat dalam Pilwako 15 Februari 2017 by Severianus
Endi
Tidak ada komentar: