Rp 58 M untuk Atasi Genangan Air di Bandara Internasional Supadio
![]() |
Ilustrasi, foto: industri.bisnis.com |
PONTIANAK, KOSAKATA – Genangan air akibat curah hujan yang cukup
deras sempat melumpuhkan Bandar Udara Internasional Supadio Pontianak,
Kalimantan Barat, pada pekan kedua November 2017. Otoritas setempat menilai genangan
air yang hanya setinggi 1 hingga 1,5 sentimeter membahayakan proses lepas
landas dan pendaratan pesawat.
Bandara yang terletak di Kubu Raya, tetangga Kota Pontianak,
lumpuh total pada Minggu (12/11/17). General Manager Angkasa Pura II Supadio
Pontianak, Bayuh Iswantoro, menginformasikan, genangan air ini mengakibatkan
batalnya 90 penerbangan dari dan ke Supadio dengan sekitar 8,000 penumpang.
Para petugas multi-pihak melakukan penyedotan genangan air dari
landas pacu, termasuk melakukan blokade aliran air dari luar area. Mereka bekerja
hingga subuh, sehingga Senin pagi aktivitas di bandara mulai normal.
Ini merupakan kali pertama bandara itu mengalami kelumpuhan akibat
tergenang air. Tahun-tahun yang lalu, gangguan yang muncul berupa terpaan kabut
asap dari kebakaran hutan dan lahan yang mengganggu jarak pandang, tetapi belum
pernah menyebabkan bandara lumpuh total.
Setelah dibahas bersama berbagai pihak terkait, Badan
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Kalimantan Barat membuat usulan
rencana anggaran senilai Rp58 miliar untuk perbaikan dan penataan kawasan di
dalam dan luar bandara.
Kepala BPBD Kalbar TTA Nyarong mengatakan, dana tersebut
dianggarkan untuk berbagai program mengatasi genangan air yang melimpas ke dalam
kawasan landasan. Besaran anggaran dibagi dalam delapan kegiatan penataan luar
dan dalam kawasan bandara.
“Bentuk kegiatan yang perlu dilakukan antara lain pembuatan embung
atau kolam yang tersebar,” kata Nyarong.
Embung dirancang dengan kekuatan menampung luapan air selama 2 hingga
4 jam, dengan kedalaman 1,5 meter dan luas 2 hingga 3 hektare. Kegiatan lainnya
berupa pemetaan ulang topografi kawasan, penyelidikan tanah, dan kajian
hidrologi serta melakukan penetapan jalur rencana saluran dan lokasi embung.
Selain itu, Nyarong menegaskan, perlu dilakukan penertiban
bangunan yang berdiri di sekitar atau di atas Parit Gertak Kuning, Parit
Keramat, Parit Kuala Dua dan Parit Jepang. Parit-parit ini berada di sekitar
kawasan bandara dan berpotensi meluapkan air.
“Penyuluhan bagi masyarakat sekitar tentang aturan pendirian
bangunan, toko, buang sampah, masih tetap diperlukan, termasuk upaya menumbuhkan
kesadaran pentingnya bersama-sama menjaga objek vital nasional seperti bandara,”
kata Nyarong.
Prakirawan BMKG Supadio Pontianak memprediksi, pada November
hingga Desember 2017 sampai Januari 2018 masih berpotensi curah hujan tinggi dan
dapat terjadi juga di dalam kawasan Bandara Supadio dan Kota Pontianak. (Atn)
Tidak ada komentar: