Tonggak Misi Katolik di Kampung Pelanjau
Oleh: Br. Kris Tampajara, MTB
“Kami terpaksa membuka pakaian atas
kami (jubah) selama tiga jam kami melewati jalan tikus di tengah hutan belantara dengan
pohon-pohon yang lurus batangnya. Setiap lima menit kami harus melewati pohon
yang melintangi jalan kami.”
Demikian dikisahkan oleh Pastor Justinianus dalam catatannya
terkait kunjungannya bersama Prefektur Apostolik Pastor Pacifikus Bosh, OFMCap
dari Kampung Sempadang ke Kampung Pelanjau pada tahun 1908.
![]() |
Mgr Agus memberkati lokasi Taman Misi |
Kampung Pelanjau merupakan salah satu wilayah misi yang menjadi
perhatian para misionaris di Kalimantan Barat kala itu. Setelah satu tahun
mendarat di Singkawang pada 1905, maka pada 1906 para pastor kapusin (OFMCap)
mulai menjajaki untuk membuka pusat misi di Pemangkat (Kabupaten Sambas saat
ini).
Tiga tahun kemudian mereka mendirikan gedung gereja di Pemangkat,
yang pada 2 Juni 1908 diresmikan oleh Prefektur Apostolik, Pastor Johanes
Pacifikus Bosh, OFMCap.
Keadaan alam dan tentu masyarakat pada masa itu, menjadi tantangan
bagi para misionaris kapusin dalam mewartakan kabar gembira bagi orang-orang
kampung. Mereka harus melakukan perjalanan berjam-jam dan melewati jalur sungai
dan darat untuk mengunjungi masyarakat di kampung-kampung dengan misi membangun
kehidupan masyarakat yang lebih baik.
Pada 1910 misi melebarkan sayapnya ke Kampung Pelanjau untuk
memulai karya pendidikan bagi orang-orang Dayak. Pada tahun 1910, Pastor
Marcellus, OFMCap dan Br. Alexius, OFMCap mulai membagunan gereja, dan pastoran
serta sekolah yang sebelumnya dibagun dengan sangat sederhana, kemudian
diresmikan oleh Prefektur Apostolik pada 21 November 1911.
Inilah yang ingin dikenang oleh umat Stasi Pelanjau, Paroki
Pemangkat atas jasa-jasa para misionaris yang mewartakan kabar gembira melalui
karya pendidikan bagi masyarakat kampung Pelanjau kala itu.
“Saya pribadi tidak dapat melupakan jasa-jasa yang telah
dikorbankan para misionaris sebagai pendahulu saya dalam usaha dan upaya
mnyebarkan karya kasih di Kalimantan khususnya di Keuskupan Agung Pontianak, “ujar
Uskup Agung Pontianak, Mgr Agustinus Agus, saat perayaan Iman 110 tahun misi di
Pelanjau (13/03/2020).
![]() |
Penanaman pohon secara simbolik. |
Perayaan Pewartaan iman 110 tahun misi di Pelanjau ini didahului oleh
live in para imam diosesan Keuskupan Agung Pontianak pada 10-13 Maret 2020, di
beberapa stasi yang ada di Paroki Pemangkat. Kegiatan live in ini merupakan
upaya dari para imam diosesan merasakan denyut nadi umat dalam kehidupan
sehari-hari dalam suka dan dukanya.
Pastor Paroki Pemangkat mengungkapkan bahwa perayaan iman ini
merupakan upaya kita mengingat jasa para misionaris yang dengan susah payah
melayani orang-orang kampung. Mereka telah berkorban demi kamajuan masyarakat
melalui karya pendidikan yang telah mereka mulai dengan sangat sederhana kala
itu.
Selain kegiatan ‘live in’ para imam diosesan Keuskupan Agung
Pontianak yang berjumlah 15 orang tersebut, umat juga ikut terlibat memeriahkan
nya dengan perlombaan rakyat seperti, lomba menyumpit, lomba tangkap babi,
lomba menyanyi, yang dilaksanakan dalam rentang 10-12 Maret 2020.
Sebagai peringatan akan tonggak sejarah masuknya misi katolik di
Stasi Pelanjau tersebut, pada kesempatan ini, Mgr. Agustinus Agus Uskup Agung
Pontianak merencakan untuk membangun taman misi dengan mendirikan patung
seorang misionaris, yakni Pastor Honoratus, OFMCap yang meninggal saat berkarya
di Stasi Pelanjau akibat wabah cacar dan dimakamkan di Pemakaman Katolik
Singkawang pada tahun 1918.
Pastor Honoratus adalah seorang misionaris yang meninggal pertama
dalam karya misi Katolik di Kalimantan Barat.
“Sebagai kenangan akan jasa para misionaris, saya ingin membangun
taman misi di Stasi Pelanjau ini agar kita tidak lupa akan pengorbanan mereka
dalam melayani masyarakat kampung,” ungkap Mgr. Agustinus Agus dalam kata
pembukaan memberkati lokasi taman misi di Pelanjau (12/03/2020).
Setelah melakukan pemberkatan lokasi untuk membangun taman misi,
seluruh umat diajak untuk napak tilas di lokasi gereja dan sekolah yang pernah
didirikan misionaris pada tahun 1910. Lokasi gereja dan sekolah pertama
tersebut terletak di pinggir sungai Sebangkau, dan jaraknya kurang lebih
menalan waktu lima belas menit dari kampung Pelanjau saat ini dengan
menggunakan perahu air.
Pada napak tilas ini lokasi yang dulu pernah menjadi tempat
bersejarah ini sekarang sebagian lahannya menjadi pemakaman katolik Stasi
Pelanjau, kemudian sebagain lahan nya lagi menjadi lahan untuk pertanian bagi
umat stasi.
Ferdi Martin Ketua Umat Stasi Pelanjau mengungkapkan, lokasi
tersebut memiliki luas kurang lebih 17 hektar. Sejak tahun 2019, sebagian lahan
tersebut diolah oleh umat stasi Pelanjau sebagai kebun Kelompok Swadaya
Masyarakat terkait Program Pendampingan dari Komisi Pengembangan Sosial Ekonomi
Keuskupan Agung Pontianak.
![]() |
Bagian dari kegiatan. |
“Untuk saat ini kami berusaha mengolah
lahan yang ada ini dengan menanam tanaman yang bernilai ekonomis sehingga dapat
meningkatkan pendapatan masyarakat,” tutur Ferdi Martin.
Pada kesempatan napak tilas ini juga secara simbolik, Mgr.
Agustinus Agus dan Para Pastor serta umat melakukan penanaman tanaman pohon
buah lokal di lokasi dimana para misionaris pernah menanamkan iman dan
pendidikan bagi masyarakat di Kampung Pelanjau.
Seluruh rangkaian perayaan iman 110 tahun misi katolik di Stasi
Pelanjau, Paroki Pemangkat ini ditutup dengan perayaan Ekaristi Syukur
yang dipimpin oleh Mgr. Agustinus Agus didamping para pastor.
Pada perayaan puncak ini juga hadir dari unsur Pemerintah
Desa Bukit Segoler, Pemerintah Kecamatan Tebas, Kapolsek Tebas-Kabupaten
Sambas. Dengan kehadiran unsur pemerintah ini, bahwa misi katolik yang sejak
110 tahun silam, tentulah tidak terlepas dari peran dan dukungan
pemerintah dalam upaya melayani masyarakat yang masih sederhana kala itu. (*)
Tidak ada komentar: