Misi Katolik: Gubernur Rochussen Izinkan Mgr Vrancken Kirim Imam Katolik ke Tanah Borneo Barat

July 30, 2022
Last Updated

[Foto: Borneo Almanak & Sumbangan Gereja Kalimantan]

KEDATANGAN orang-orang Portugis ke Nusantara pada tahun 1498 menjadi awal diperkenalkan Injil. Di beberapa wilayah Nusantara, tumbuh komunitas Kristen yang cukup baik, Namun tidak sedikit penderitaan yang harus dibayar dalam penyebaran Injil tersebut. Bahkan, ada yang mengorbankan nyawa sebagai martir. Begitu juga yang dialami para pengikutnya.


Pada 1546, di Kota Ternate mendarat seorang imam yang kemudian dikenal dengan St. Fransiskus Xaverius. Seabad kemudian, pada 1685-1890, seorang imam Ordo Regulis Penyelenggaraan Ilahi dari Kota Theate Italia, yakni Pastor Antonio Ventigmilia (sekarang nama tersebut diabadikan sebagai nama Semanari Tinggi di Pontianak) mendarat di Banjarmasin, Kalimantan. Banjarmasin kala itu sebagai kota perdagangan. Ventigmilia berhasil membaptis 4.000 orang Dayak memeluk Katolik. Pastor Antonio meninggal di bumi Borneo yang hingga kini penyebab kematiannya masih sumir. 


Baca Juga: Menguak Jejak Misi Katolik di Bumi Borneo


Pada 6 Maret 1807, datang dua imam di Nusantara memberikan pelayanan di wilayah yang dikenal dengan Prefektur Apostolik Batavia. Kemudian pada  3 April 1843, Prefektur Apostolik Bativia meningkat statusnya menjadi Vikariat Batavia yang meliputi seluruh wilayah Hindia Belanda.


Vikaris Apostolik Batavia yang pertama adalah Mgr. J. Groof. Tetapi pada 1846, Mgr. Groof diusir oleh pemerintah Hindia Belanda. Tahun 1847, Groof diganti Mgr. P.M. Vrancken. Pada tahun yang sama Mgr. Vrancken selaku Vikaris Apostolik Batavia mencari kemungkinan menyebarkan iman Katolik ke Bumi Borneo.  


Untuk misi tersebut, Mgr. Vrancken melakukan pendekatan pada Gubernur Jendral (GG) Rochussen dan Tuan Willer, selaku  Residen Sambas dan Pontianak. Dari pendekatan tersebut Gubernur General Rochussen menyetujui wilayah Borneo Barat diizinkan untuk penyebaran iman Katolik yang belum dimasuki oleh Zending Protestan. Mulai saat itu Borneo Barat atau Kalimantan Barat mulai dikunjungi oleh imam dari Batavia. 


Artikel Selanjutnya: Minum Racikan Jahe, jadi Hal Baru di Italia


Penulis: Br. Kris Tampajara MTB

Editor: Budi Atemba

Selengkapnya