Tamu Terakhir dalam Gawai Sastra Minggu Sore

August 07, 2022
Last Updated


ELLING
Widiantoro sudah tiga dekade menulis cerita pendek. Kiyai yang menolak disebut ustaz ini konsiten di jalur cerita yang selesai dibaca sekali duduk. Lokalitas dalam setiap karyanya menjadi saksi dalam perjalanan tiga puluh tahun berkarya.

Pada Minggu, 7 Agustus 2022, di Pondok Muara Kakap, Sungai Kakap, digelar bedah karya miliknya. Tamu Terakhir yang diterbitkan dalam laman kosakata.org dipilihnya dalam bedah, yang digelar dengan sangat sederhana itu.

Pembedah, Musfeptial hadir lewat virtual voice. Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional itu sedang berada di Padang, Sumatra Barat. Pak Mus bilang, gaya Widi dalam bercerita perlu menjadi contoh. “Dia teliti dalam mengamati fenomena sosial masyarakat. Dia pasti juga sudah riset pada karya-karyanya itu.”

Karena itu, Pak Mus berpesan agar penulis di Kalbar tidak berhenti berkarya. Akan tetapi, “Setelah berkarya, jangan menutup diri. Bagikan karya itu kepada orang lain, supaya ada masukan dalam hal cerita yang kita tulis itu,” katanya.

Dia juga berharap, para penulis memperbanyak diskusi karya sastra. Membedah karya-karya yang sudah dipublikasi maupun yang akan dipublikasikan. Ini penting, ujar Pak Mus, “untuk memperkaya imajinasi sastra di daerah ini.”

Baca Ini: Tamu Terakhir, Cerita Pendek E. Widiantoro

Widiantoro yang sudah menulis lebih dari 117 cerpen ini akan terus mengenalkan isu-isu lokal dalam cerpennya. “Gagasan itu bisa muncul dari apapun yang dekat dengan kita. Cerita yang kita bikin akan menjadi saksi pada zamannya. Sekian tahun nanti, cerita itulah yang menjadi penanda bahwa peristiwa itu pernah terjadi di tempat, yang jadi latar belakang penulisan cerita,” kata Widi.

Bagi Widi menulis tentang kebenaran dalam sebuah cerita pendek itu bagian dari perjuangan. Karena itu, ia mengajak penulis tida ragu dalam menyampaikan kebenaran. Tetap harus bertanggungjawab dengan karya yang sudah ditulis.

“Kita tahu semua batasan dalam menulis karya, seperti pornografi, hasutan, hingga berkaitan dengan hal-hal yang berbau Sara. Nah, ini rambu-rambu bagi kita,” katanya.

Gawai Sastra Minggu Sore yang dipandu Sutriyadi ini ditutup dengan pembacaan cerita pendek Tamu Terakhir karya Widiantoro oleh Pradono, seorang seniman kawakan di tanah Borneo.

 Artikel Lain: Berlatih Menulis Cerita Pendek Bersama Kosakata

(tba)

Selengkapnya