Bahasa Dayak di Ambang Kepunahan

July 15, 2018
Last Updated

Ilustrasi: Kamus bahasa Bakatik-Lumar. Foto: Hnz

PONTIANAK, KOSAKATA – Bahasa apa yang Anda gunakan sehari-hari dalam keluarga? Bahasa nasional, atau bahasa daerah?

Kaum urban umumnya cenderung menggunakan bahasa nasional. Meski sesekali menggunakan bahasa daerah, biasanya sudah banyak bercampur dengan bahasa Indonesia.

Ada kecenderungan sulit untuk total menggunakan bahasa ibu, karena pengaruh modernisasi atau kebiasaan. Selain itu, sejumlah kosakata bahasa daerah sulit ditemukan padanan yang sesuai dalam bahasa nasional.

Sebuah semiloka etnoliguistik telah digelar oleh Institut Dayakologi di Pontianak, Kalimantan Barat, Jumat hingga Sabtu (13-14/7/18). Etnolinguistik merupakan ilmu menelaah bahasa bukan hanya dari strukturnya, tapi lebih pada fungsi dan pemakaiannya dalam konteks situasi sosial budaya.

John Bamba, mantan Direktur Eksekutif Institut Dayakologi, mengatakan, sekitar 50 hingga 90 persen bahasa di dunia akan punah. Kondisi yang sama terjadi pula dengan 168 bahasa daerah dari 151 subsuku Dayak di Kalimantan Barat.

Dia berpendapat, bahasa penting diselamatkan karena mengandung pandangan hidup, kekayaan budaya dan pengetahuan.

“Bahasa juga mengandung pengalaman mengenai cara suatu kelompok masyarakat mengatasi persoalan yang dihadapinya," kata John Bamba.

Semiloka ini memberikan kesempatan sekitar 50 peserta dari kalangan mahasiswa dan kaum muda untuk menggedor kesadaran akan krisis kebahasaan ini. Kegiatan ini menjadi satu di antara strategi dalam langkah penyelamatan bahasa dan pertahanan kebudayaan Dayak.

Krissusandi Gunui', Direktur Institut Dayakologi, mengatakan, pendokumentasian bahasa dan aspek-aspek kebudayaan subsuku, telah disepakati dalam semiloka itu. Para mahasiswa dipandang sebagai sumber daya strategis yang bisa memulainya dari kampung masing-masing. (Hnz)

Selengkapnya