Oleh Hill Kriz T
Sabtu ini aku lupa, mungkin karena terlalu banyak yang kukhayalkan. Lupa kalau hari ini hari leyeh-leyeh bagiku. Entah karena usia atau karena ada impian yang terus mengganggu setiap ada kesempatan untuk menikmati "me time".
Ilustrasi by Hanz Pr |
Kau tahu, kan, bagaimana orang kehilangan kesadaran? Gila, bukan?
Tapi sejujurnya aku tidak gila, tetapi seringkali apa yang aku pikirkan itu hal-hal gila. Gila itu sebenarnya mengasyikan tentu buat diri sendiri, bukan untuk orang lain.
Leo Tolstoy itu gila, menurut cerita dari Anton Cheskhov teman sepenyairnya.
"Dia hidup asketis sampai ia meninggal dunia," ungkap Cheskhov dengan nada terharu.
Kamu bayangkan seorang yang lahir di kalangan ningrat dan memiliki warisan yang dapat menghidupinya sampai tua.
"Namun ia meninggalkan semuanya demi keyakinannya akan hidup sederhana dengan cara hidup bohemian sampai meninggal dunia di pinggir jalan pada musim dingin," lanjut Anton dengan air muka yang menyedihkan akan nasib seorang penyair besar Rusia.
Ya, ya, penulis itu gila, kata kawanku. Ya, kawanku. Semua penulis itu gila karena penulis itu tahu apa artinya gila. Gila?
Kau tahu, kan, seorang presiden Malioboro? Dia seorang bernama Umbu Landu Paranggi. Hidupnya juga "gila" sampai ia hijrah ke Bali dengan cara hidupnya yang tidak diketahui alamat tinggalnya.
Kau masih mau jadi penulis?
Menjadi penulis itu asyik dan gila. Tetapi sumpah mati menjadi anak atau istri seorang penulis itu menderita. Ya, menderita karena hidup dengan ayah seorang gila.
Kau dapat bayangkan anak Leo Tolstoy itu ada tiga belas orang. Bagaimana dia menafkahinya?
Ah sudahlah. Aku lupa, hari ini, hari hidup leyeh-leyeh bagiku.
Selamat menikmati hidup leyeh-leyeh juga bagi mereka yang gila. Karena kita sama-sama tidak tahu bagaimana cara hidup yang tidak gila kalau kita belum gila.
Ya, selamat makan siang........
*Hill Kriz T, penyair, tinggal di Kalimantan Barat