Oleh: Carolina Spitiana
JAGA BUMI: Peserta bincang-bincang eco green di Aula Gedung Paroki Keluarga Kudus, Kota Baru - Pontianak. (FOTO: OLIN) |
Kristien mengatakan, “Kalau ditanya bumi sedang sakit, ya jelaslah saya merasakan. Karena sekarang semakin banyak timbunan sampah, air semakin tercemar. Jadi saya harus mengatakan bahwa bumi kita benar-benar sakit.”
Kristien mengungkapkan bahwa paroki keluarga kudus beruntung karena pastor-pastor paroki memberikan perhatian untuk lingkungan hidup sehingga bisa menyelenggarakan acara ini.
Kristien adalah seseorang yang menerapkan hidup ekologis. “Hidup ekologis itu adalah hidup yang tidak menambah penderitaan ibu bumi,” kata wanita berkacamata ini.
Kristien melanjutkan, banyak hal harus dipikirkan tentang pola hidup, apakah bisa menambah pencemaran atau menambah penderitaan ibu bumi.
“Itu menjadi pondasi ketika kita mau mulai hidup ekologis.” kata Kristien.
Lantas, seberapa penting menjalani pola hidup ekologis? “Kita tidak mungkin pindah ke planet lain kan? Bahkan kita akan terus hidup di bumi ini sampai anak cucu kita. Hidup ekologis itu mau mempertahankan agar generasi kita tetap mendapatkan ibu bumi yang tetap sehat,” katanya.
Hadir juga Pastor Fransiskus Kebry, CM. Kebry adalah seorang pastor yang memberi perhatian untuk lingkungan hidup.
“Saya bisa merasakan bumi kita sedang sakit. Cuaca mulai tidak jelas, sekarang kita merasakan suhu di Pontianak yang semakin panas, bencana dimana-mana dan masih banyak lagi,” ungkap Kebry.
Pastor Kebry juga mengatakan bahwa hidup ekologis itu adalah hidup yang selaras dengan alam, tidak lagi menjadikan alam sebagai sumber daya yang diambil terus-menerus. “Alam kita jadikan rekan hidup,” kata Kebry.(*)