Oleh: Kris Tampajara,
MTB
KETAPANG, KOSAKATA - Kotak-kotak
kayu sederhana berukuran kecil bergelantungan di beberapa cabang pohon karet
dan pohon jati yang tumbuh berbaris rapi di Kebun Karet . Pagi itu, suara
kicauan burung dan suasana alami bebungaan tumbuh subur di kebun Karet milik paroki Kendawangan, membayar kelelahan
perjalanan darat rombongan eksposure dari Kota Ketapang menuju Kendawangan yang
menelan waktu kurang lebiih 3 jam. Kebun karet ini merupakan milik paroki
Kendawangan, tepatnya di Dusun
Sukaria-Kendawangan.
Pertemuan Komisi
PSE/KKP-PMP/Caritas Sub Regio Barat
Kalimantan kali ini agak berbeda dari pertemuan sebelumnya. Pada pertemuan yang diselenggarakan di Rumah
Panjang, Paya Kumang-Ketapang ini (13-16/11/2018),diagendakan kunjungan
lapangan (eksposure) ke Petani madu Lebah Hutan.
“Pertemuan itu yang terpenting
sekarang harus ada aksi nyatanya,” demikian salah seorang peserta menegaskan
dalam pertemuan tersebut.
Pada hari kedua dalam
pertemuan seluruh peserta pertemuan akan melakukan kunjungan lapangan sebagai
upaya pembelajaran yang dapat dikembangkan ditempat masing-masing.
“Kita
berjalan pelan-pelan saja, tidak perlu tergesa-gesa,
kita nikmat alam di sekitar,” ujar salah seorang dalam rombongan eksposure yang
berusaha memohon agar jika ada obyek alam yang indah untuk berhenti.
Perjalanan
dari Ketapang menuju Kota Kendawangan menyusuri jalan pesisir pantai Selatan
Ketapang. Hanya sayang beberapa pantai yang disinggahi kurang terpelihara di
kelola dengan baik, padahal pantai tersebut tidak kalah indahnya dengan obyek
wisata ditempat lain.
Sang sopir mobil mini
bus yang sudah mengenal medan jalan, sangat hati-hati ketika melewati beberapa ruas jalan
yang rusak.
"Maklum jalan trans Kalimantan lintas selatan ini belum sepenuhnya
baik, dibeberapa tempat rusak parah,” ujarnya.
Dalam kesempatan
eksposure (studi banding) terkait dengan
kehidupan dan usaha masyarakat yang di kunjungi, kali ini kami mengunjungi
petani madu hutan dan Komunitas bamboo di Sukaria. Sesuai dengan jadwal, kami melakukan
kunjungan ke di lokasi pembudidayaan
madu hutan yang dikelola oleh Pastor Paroki di Kendawangan. Lokasi itu terletak
pada sisa hutan yang ditanami karet oleh Pastor Budi Nugroho seorang Rohaniwan
yang bertugas di paroki Kendawangan.
"Kebun karet ini
merupakan upaya kita bersama masyarakat untuk menyelamatkan Hutan Kalimantan
dari ekspansi perkebunan industry dan pertambangan,” ujar Pastor Budi.
"Untuk saat
ini kami mau melakukan budidaya madu hutan di lokasi ini sebagai upaya
meningkatkan ekonomi masyarakat melalui kearifan lokal,” lanjut pastor yang
berpenampilan sederhana ini.
Di lokasi kebun karet ini sudah ada beberapa kotak
perangkap lebah madu hutan yang diletakkan di samping pondok.
Seorang pemuda yang
bernama David sebagai orang yang bertanggungjawab akan pemeliharaan lebah-lebah
yang ada dalam kotak-kotak tersebut. Pada pagi ini bersama dengan dua aktivis
dari salahsatu Credit Union di Ketapang menjelaskan pada kami terkait dengan
metode pemeliharaan lebah madu hutan ini.
Pemuda yang pernah
ikut training selama sebulan di Bogor ini, fasih menjelaskan trik pemeliharaan
lebah hutan ini secara detail. Kotak-kotak yang terbuat dari kayu dan papan
batang kelapa untuk memerangkap lebah hutan saat ini di hutan kurang lebih 80
kotak.
“Kotak-kotak ini terbuat dari kayu dengan ukuran 30x40 cm persegi. Lalu
beri tali untuk mengantung nya di dahan pohon. Agar semut tidak bersarang pada
kotak tersebut, tiap tali gantungan diberi minyak cherbie karena lebah tidak
mau bersarang jika ada semut didalam kotak,” ujar David bersemangat.
David menjelaskan
bahwa kotak-kotak yang tersebar di hutan tadi kemudian di ambil kembali untuk
masukan dikotak pemeliharaan kurang lebih 1-2 bulan kemudian. Dari kotak
perangkap lalu dimasukan ke kotak pemeliharaan.
“Upaya terpenting dalam
pemeliharaan lebah ini adalah ratu lebah harus sudah ada di kotak, sehingga
lebah jantan dan pekerja akan membentuk koloni nya,” tukas David.
Setelah koloni lebah
masuk ke kotak pemeliharaan maka kita tunggu kurang lebih 3-6 bulan untuk dapat memanen madunya. Hanya satu hal lagi yang perlu
diperhatikan dalam pemeliharaan lebah hutan ini, kita harus menyiapkan tanaman
yang berbunga (kembang) dan tanaman jagung. Dari sari bunga tersebut lah
menjadi makanan bagi lebah-lebah tersebut.
"Maka di lokasi ini, kami menanam
bebungaan dan beberapa pohon buah sebagai persiapan asupan makanan bagi
lebah-lebah yang akan dipelihara disini,” ungkapnya.
Selain di lokasi pemeliharaan lebah hutan ini juga, rombongan juga mengunjungi warga masyarakat yang memelihara lebah ini sebagai upaya menambah menghasilan ekonomi mereka. Harga madu lebah hutan ini di banderol oleh petani seharga Rp. 200,000,- perbotol dengan ukuran 150 ml.
Beberapa peserta sangat antusias ketika mendengar petani madu lebah
hutan ini menjelaskan bagaimana cara melakukan proses pemeliharaannya. Tentu
satu hal penting yang selalu ucapkan para petani madu di Sukaria ini,
melestarikan hutan merupakan sebuah upaya memelihara kehidupan dan masadepan.
Tanpa hutan tidak mungkin lebah ini dapat hidup dan memberi madunya bagi kami
disini”ungkap mereka. (HEP)