Oleh: Alto
Pandu
dari
Auckland, New Zealand
Hari Senin 30
Maret 2020 merupakan hari ke-5, semenjak diberlakukannya tingkat kewaspadaan
pada level 4 yakni lockdownd terkait dengan persoalan COVID-19. Kemarin
diberitakan, sudah ada satu korban pertama meninggal dunia karena wabah ini. Seorang
ibu berusis 70-an tahun di Grey Base Hospital di Greymouth, sebuah kota yang
terletak di pulau Selatan negara New Zealand.
Seperti
halnya di kebanyakan negara, proses penyebaran COVID-19 di New Zealand juga
sangat cepat. Sekarang jumlah kasus yang ditemukan sudah mencapai 514 dan masih
tetap ada kemungkinan akan bertambah.
Sebelum
menaikkan tingkat kewaspadaan ke level 4, pemerintahan New Zealand telah
melakukan tahapan mulai dari level 1, 2 dan 3. Pada level 1-2 masih bersiat
himbauan dan memberikan pemahaman serta informasi yang menyadarkan masyarakat
akan bahaya COVID-19.
Masyarakat
juga dihimbau untuk menjaga jarak. Hal ini dilakukan untuk mempersiapkan
masyarakat menghadapi kemungkinan terburuk. Dengan suatu harapan, adanya
pemahaman yang tepat, masyarakat lebih siap dan tenang untuk segala
kemungkinan.
Pada
tahapan kewaspadaan level 3, orang masih diperbolehkan bepergian tetapi sangat
dibatasi. Sektor layanan penting akan siaga di semua level, seperti rumah sakit,
pemadam kebakaran, polisi, tentara, dan toko grosir.
Dalam waktu
yang tidak terlalu lama, pemerintah New Zealand mengumunkan tingkat kewaspadaan
level 4. Itu berarti semua orang, kecuali mereka yang terkait dengan layanan
esensial, diperintahkan untuk tinggal di rumah.
Berada di
luar rumah untuk kegiatan olahraga diperbolehkan, tetapi harus menyendiri.
Penekanannya harus tinggal di rumah. Demi melindungi diri sendiri dan
orang-orang di sekitar.
Meskipun
sebenarnya, kemampuan New Zealand dalam layanan kesehatan warga tidak
diragukan. Rumah sakit memiliki fasilitas yang terbilang sangat memadai.
Tetapi
pemerintah di sini sepertinya tidak mau kecolongan. Meski baru ada satu pasien
meninggal, pengetatan pengawasan diberlakukan. Tentu bukan mengecilkan angka
satu jiwa yang hilang, jika dibandingkan dengan Negara lain dengan puluhan ribu
meninggal dunia.
Dalam
lockdown level 4, polisi berpatroli. Tidak hanya di darat dengan
mobil-mobilnya. Sesekali, helicopter pun memantau dari udara. Memastikan tidak
ada kerumunan.
Tentu tak
ada satu daerah pun tanpa orang bandel. Termasuk di sini. Selalu ada saja yang
tidak patuh. Meski jumlahnya mungkin sedikit. Polisi akan bertindak tegas
sekali. Tidak mematuhi kebijakan pemerintah berarti akan berhadapan dengan
persoalan hukum.
Terkait
kebutuhan pokok, selalu tersedia di minimarket maupun supermarket. Jam bukanya
sangat terbatas. Aturan belanja pun ketat. Terutama harus tetap menjaga jarak,
dan mereka menyediakan hand sanitizer.
Sementara
tempat-tempat keramaian sudah tutup. Seperti café atau area public yang
memungkinkan orang berkerumun.
Begitu juga
dengan Gereja Katolik, Uskup di sini sudah sangat tegas melarang adanya Misa
Kudus bersama umat. Cukup para pastor yang menyelenggarakan Misa, sementara
umat harus tetap di rumah. Mengikuti Misa melalui jaringan internet atau di
televisi.
Pemerintah
sudah menegaskan agar jangan sampai ada orang melakukan penimbunan bahan pokok
untuk kepentingan sendiri. Jadi untuk hal ini tidaklah mengkhawatirkan.
Saya tidak
habis pikir jika masih ada orang, bahkan para pemimpin, yang terkesan
meremehkan wabah ini. Prinsipnya sekarang, lindungi diri sendiri dan
orang-orang terdekat, terutama keluarga.
Saya akui,
tidak mudah menjalani ini semua. Mengikuti pertemuan atau kelas kursus melalui
video conference, misalnya, mata cukup lelah jika berlama-lama. Tugas-tugas
online cukup banyak. Waktu lumayan terkuras dan memang ampuh memaksa untuk
betah berdiam di rumah.
Dalam
kondisi ini, saya berpikir tentang Negara asal saya, Indonesia. Bagaimana kabar
di sana? Memang saya bisa mengikuti perkembangan melalui internet. Tetapi belum
puas rasanya jika belum menelepon satu atau dua orang teman di tanah air.
Saya
berharap, kita semua bisa melalui kondisi ini dengan baik hingga wabah mereda.
Salam dari Negeri Kiwi.
* Penulis adalah anggota Komunitas Ordo Kapusin KAP, yang saat ini bertugas di Auckland, New Zealand. Tulisan ini dibuat khusus untuk pembaca web kosakata.org