MENIT berlalu begitu cepat, seakan waktu berlari
melebihi kebiasannya. Menuju detik-detik menentukan, ada-ada saja gangguan
teknis yang tak terduga. Inilah yang dirasakan sebagian operator live streaming
Misa Kudus di sebagian Gereja Katolik di wilayah Keuskupan Agung Pontianak,
Kalimantan Barat.
Suasana live streaming. Foto: HEP |
“Beberapa
menit sebelum Misa Kudus dimulai, tiba-tiba ada gangguan teknis. Keringat
dingin mengucur. Padahal Misa akan segera dimulai, live streaming harus segera
disiarkan,” ujar Antonius Winursito, Minggu (29/3/2020).
Umat Paroki
Santo Hieronymus, Pontianak Timur itu menuturkan, ini kali pertama melakukan
penyiaran live streaming melalui channel Youtube. Diakuinya, pekerjaan seperti
ini tidak sesederhana yang barangkali dipikirkan banyak orang.
“Saya
membantu teman saya yang menjadi operator computer yang dihubungkan dengan
internet. Kami berbagi tugas. Dia konsentrasi mengutak-atik aplikasi penyiaran.
Saya harus memastikan perangkat pendukung bekerja baik,” lanjut Winursito.
Beberapa
hari sebelumnya mereka telah melakukan uji coba siaran. Hasilnya cukup
meyakinkan, baik dari aspek visual maupun audio.
Seperti Film Bisu
Masalah
teknis muncul ketika melakukan siaran yang sesungguhnya. Ketika menyiarkan Misa
Prapaskah V pada siang Minggu itu, muncul gangguan teknis yang menyebabkan
suara tidak muncul.
Beberapa
umat yang bersiap mengikuti misa melalui streaming di rumah, menulis di kolom komentar.
Sebagian besar menanyakan, mengapa suaranya tidak terdengar.
Winursito
pun sibuk mengutak-atik kabel. Ada yang terpaksa dicopot untuk diganti. Colokan
yang mungkin longgar diperiksa. Tapi keadaan tidak membaik. Suara tidak muncul.
Tayangan pun terlihat seperti film bisu!
Usai misa,
tim streaming kembali melakukan uji coba. Setelah beberapa kali, masalah audio
terselesaikan. Kemungkinan ada setelan pada perangkat pendukung yang kurang
pas.
“Intinya,
tim kami sama-sama berbekal kepedulian, bukan keahlian. Mencoba berbuat sesuatu
di balik wabah virus corona, yang membuat umat tidak bisa datang ke Gereja
untuk mengikuti Ekaristi Kudus,” kata Winursito.
Dampingan Tim Komsos KAP saat ujicoba. Foto: HEP |
Berlaku di Seluruh Dunia
Otoritas
tertinggi Gereja Katolik di Vatican merestui dilakukannya live streaming Misa
Kudus, sebagai respon terhadap tanggap darurat pandemic virus korona baru
(Covid-19). Pemerintah telah melarang adanya kerumunan, atau pertemuan yang
melibatkan banyak orang, termasuk di tempat ibadah.
Ini berlaku
untuk umat Katolik di seluruh dunia. Maka tiba-tiba banyak paroki sibuk
mempersiapkannya. Bukan perkara mudah, karena akun Youtube harus dipersiapkan
dengan jumlah subscriber yang memadai sehingga bisa menyelenggarakan live
streaming.
Ketua
Komisi Komunikasi Sosial Keuskupan Agung Pontianak (Komsos KAP), Paulus
Mashuri, dengan tim kecilnya, berkeliling ke sejumlah paroki yang memerlukan
bantuan teknis. Beberapa hari sebelumnya, mereka juga mengunjungi Paroki Santo
Hieronymus, mendampingi ujicoba siaran.
“Dalam
pembicaraan saya dengan Bapa Uskup Agung Pontianak, inisitif menyelenggarakan
streaming Misa Kudus sangat dianjurkan. Melalui jaringan Komsos, kami membantu
sebisanya, termasuk menginformasikan secara massif channel-channel mana saja
yang sudah siap. Jadi umat di rumah bisa mengikutinya,” kata Paulus.
Berbagai Dinamika
Pihak
gereja juga telah menyampaikan aturan praktis mengikuti misa melalui streaming dari
rumah. Di antaranya, mempersiapkan altar kecil dengan salib dan lilin menyala
di atasnya, dan menempatkan layar smartpohe atau jika mungkin dihubungkan
melalui televise di hadapan mereka.
“Umat harus
menciptakan suasana doa, meskipun mengikuti Misa melalui streaming. Jangan
disambil melakukan kegiatan lain, karena ini beda dengan menonton,” kata Pastor
Ligorius, CP, Kepala Paroki Santo Hieronymus.
Ini
merupakan perubahan besar dari tata cara berdoa dari yang semula bertatap muka.
Tak heran jika banyak umat yang masih merasa janggal.
Meski
sebuah televisi nasional juga menayangkan siaran langsung Misa Kudus, paroki-paroki
juga tetap menggelar live streaming sendiri. Kebanyakan masih menggunakan
perangkat sederhana dengan pengalaman minim, yang rawan gangguan teknis.
Dalam
pantauan KoSaKata disejumlah channel Youtube milik paroki-paroki, dinamikanya
cukup bervariasi. Ada paroki yang sudah relatif berhasil, ada yang masih
terkendala gangguan teknis, dan juga masih ada yang sama sekali belum berhasil
mewujudkannya. (Hanz E. Pramana)