Oleh Alkap Pasti dan Amon Stefanus
P. Lintas muda bersama Mgr Sillekens. Dok: Ist |
Baru saja ia mendapat laporan, tentang persiapan tahbisan
imam pribumi pertama suku Dayak Ketapang. Buah sulung panggilan, sebentar lagi,
ya sebentar lagi.
Sehari sebelumnya, 4 Januari 1978, panitia tahbisan itu
telah dibentuk. Yang akan ditahbiskan adalah Frater Zacharias Lintas Pr,
seorang pemuda berkulit bersih, yang kehadirannya ditunggu sejak Gereja Katolik
masuk di Ketapang di tahun 1911.
Tidak cukup banyak catatan tentang frater muda ini-- dalam
buku Catatan Harian Pater Bernardinus. Dedikit yang terjejak, 29 September 1973
ia hadir ketika Pater Yerun Stoop, CP memberikan perminyakan suci (dan
meninggalnya) Pastor Setiarjo CP.
Kemudian dituliskan, Frater Lintas kembali ke Yogyakarta 2
November 1973 untuk melanjutkan studi imamatnya. Dan pada 23 September 1976,
Frater Lintas ditahbiskan sebagai diakon.
Dan akhirnya, pada jadwal yg telah ditentukan, 16 April
1978, Diakon Lintas ditahbiskan menjadi imam. Uskup itu, Mgr Sillekens, dengan
terharu mentahbiskan imam muda itu.
Tak lama sesudah proses penahbisan itu, Mgr Sillekens
mengajukan pengunduran diri sebagai uskup karena kondisi kesehatannya yang
menurun.
Sementara itu, imam muda yang dulu ditahbiskan, kini pada Senin (20 April
2020) telah menapaki panggilan imamatnya yang ke-42. Ia saat ini menjadi pastor
kepala Paroki Tembelina, pedalaman wilayah Keuskupan Ketapang.
Catatan Pater Vitalis
Dari sedikit catatan yang ada, kisah tentang Lintas muda
bisa diikuti dari goresan pena Pater Vitalis CP Frumau, CP. Misionaris asal
negeri Kincir Angin yang berpuluh tahun ikut merintis karya misi di pedalaman
Ketapang, telah mewariskan catatan berharga ini.
Dalam catatannya, 16 April 1978, diungkapkan sebagai “hari
bersejarah untuk Keuskupan Ketapang.” Diiringi tarian daerah Simpang Dua dan
para pastor Keuskupan Ketapang. Frater Zacharias Lintas ditahbiskan menjadi
imam pribumi pertama (Dayak) di
Kabupaten Ketapang, oleh Mgr. Gabriel Wilhelmus Sillekens di Katedral St. Gemma
Ketapang.
Gereja penuh sesak dengan umat dan para undangan, sehingga
anak-anak asrama harus mengambil tempat di loteng Gereja. Upacara berjalan
dengan hikmat dan lancar.
Yang menarik perhatian dalam liturgy, di antaranya, perarakan
secara adat yang menunjukkan seorang anggota masyarakat diantar menuju
kehidupan yang baru dalam hal ini kehidupan imamat. Upacara pembukaan pintu
gereja menandakan, merestui anggota masyarakat adatnya memangku suatu tugas
dalam Gereja. Sekaligus sebagai tanda bahwa kehadiran Gereja di tengah-tengah
masyarakat adat diakui dan diterima.
Pastor Lintas bersama gambar karikatural dirinya. Foto: FB. |
Pada perarakan keluar gereja Imam baru mengenakan labong
subang lagi. Ini menandakan, dalam menjalankan tugasnya seorang calon imm tetap
selalu memperhatikan dan mengindahkan norma-norma serta adat yang hidup dalam
masyarakat.
Tarian persembahan mengungkapkan hormat dan syukur kita
kepada Allah yang memperkenankan Roti dan Anggur yang dalam Perayaan Ekaristi
ini akan diubah menjadi Tubuh dan Darah Yesus Kristus sebagai santapan rohani
bagi manusia.
Naik “Honda”
Juga dikisahkan, di antara tamu-tamu dari luar Keuskupan
adalah Pastor Agus dari Lintang, kawan sekelas P. Zaharias Lintas yang
ditahbiskan tahun lalu (1977), Pastor Rampai pastor pribumi dari Keuskupan
Sintang, Pater Pasificus OFM Cap dari Keuskupan Agung Pontianak dan P.
Djajasiswaja Vikjen KA Semarang. (Kelak, Pastor Agus menjadi Uskup Sintang, dan
terakhir menerima mandate dari Vatican sebagai Uskup Agung Pontianak).
Sore harinya resepsi untuk para undangan khusus di Gedung
Pancasila.
Pada 17 April 1978, keesokan harinya P. Zacharias Lintas Pr
didampingi para pastor muda mempersembahkan misa konselebrasi yang dihadiri
oleh para muda-mudi dan umat lainnya. Pada malam harinya diadakan ramah-tamah
di Gedung ST untuk umat Katolik.
Manusia berdesakan hampir 800 orang. Dimeriahkan dengan band
“Remaja ST” dan gamal dari masyarakat Dayak di Ketapang. Pelbagai nyanyian dan
tarian disajikan dengan baik dan lancar.
Kemudian pada 28 April 1978, rombongan yang akan ikut P.
Lintas ke Simpang Dua berangkat naik “Honda” ke Teluk Melano. Mereka yang ikut
dalam rombongan antara lain: P. Yerun, P. Johan, Sr. Agneta, Sr. Celestina dan
Hieronimus Godang. (HEP)