Suasana di dalam biara Bruder MTB di Huijbergen.
Oleh: Bruder Thomas, MTB
Salam dari Negeri Kincir Angin…
dari Huijbergen, Belanda, untuk pembaca web kosakata.org
TAK usah lagi cipika-cipiki, silakan cium sepatu saja.
Jangan lagi berjabat tangan, ganti saja dengan senggol sikut.
Begitu kata Perdana Menteri dalam suatu konferensi pers
menjelaskan apa-apa yang harus dilakukan dalam upaya menanggulangi penyebaran
virus corona. Akibat dari wabah yang mendunia atau pandemi ini orang bukan
hanya harus dibatasi geraknya.
Lebih dari itu terjadi perubahan cara hidup, pergeseran
budaya, perkembangan pandangan soal kehidupan. Kurang lebih setelah 2 bulan Wuhan
diporak-porandakan, pada 27 Februari 2020 pasien covid-19 ditemukan juga di
Belanda.
Semenjak itu setiap hari yang terjangkit semakin bertambah.
Pada hari ke delapan, 6 Maret jatuh
korban pertama, dan pada akhir April jumlah kematian sudah lebih dari 4.700
orang dari 39.000 lebih pasien covid-19.
Pembatasan sosial atau lockdown ditetapkan secara bertahap
oleh pemerintah negeri Belanda yang luasnya lebih kecil daripada propinsi Jawa
Timur. Ketentuan awal diumumkan bahwa mereka yang punya gejala flu,
batuk-pilek, diminta tinggal di rumah.
Ketentuan-ketentuan semakin hari semakin diperketat.
Selanjutnya orang diminta tidak lagi berjabatan tangan; jaga jarak fisik, tidak
boleh orang berkumpul, harus memakai penutup mulut; semua kegiatan luar yang
sudah direncanakan dibatalkan, orang-orang diminta tidak keluar rumah, kerja
dari rumah; orang sakit diminta tinggal di rumah saja, kecuali kalau sudah
mendesak baru ke rumah sakit.
Beberapa hari kemudian dipertegas dengan ditutupnya sekolah-sekolah,
juga horeca (hotel-restauran-cafe); lalu semua toko dan bisnis lain harus
tutup, kerja bangunan, juga kegiatan olahraga luar rumah. Semua kegiatan yang
melibatkan orang banyak dilarang. Tidak ada misa atau ibadat di gereja atau
solat Jumat di masjid.
Toko yang menyangkut keperluan hidup orang banyak boleh
terus buka, seperti supermarket, apotek, dan tentu saja pekerja rumah
sakit. Mendadak ibu-ibu yang harus
melakukan “kerja dari rumah”, harus juga menjadi tutor atau guru privat bagi
anak-anak mereka.
Tak Semua Murid Punya
Laptop
Proses pembelajaran tatap muka di kelas beralih menjadi
lewat online. Di negara kaya ini tidak
setiap orangtua murid adalah orang kaya juga. Artinya ada murid-murid yang
tak punya laptop untuk belajar online.
Bagi ayah ibu yang harus menggantikan peran guru sekolah pun
tidaklah gampang. Karena ada larangan keluar rumah, orang tidak bisa
berkunjung, maka banyak orang lansia penghuni panti wreda tidak mendapat
kunjungan, bahkan tidak lagi didatangi oleh orang-orang yang biasa membantu.
Secara psikologis orang jadi berkecil hati, setiap hari
semakin banyak yang tertular dan meninggal dunia. Rumah sakit penuh, para
pekerja medis kewalahan, bahkan sebagian dari mereka juga menjadi korban.
Jungkir Balik Nilai
Kehidupan
Perang melawan virus ini menjungkir-balikkan nilai-nilai
kehidupan dan adat-kebiasaan. Kalau mengalami gejala sakit, orang dianjurkan
untuk tidak ke rumah sakit dan disuruh tinggal di rumah saja.
Karena sayang maka ibu atau ayah tidak boleh memeluk
anaknya. Anak cucu hanya berdiri di halaman menatap jendela kamar yang di dalamnya
terbaring nenek dalam keadaan sekarat.
Pasar atau super-market bukan lagi tempat pertemuan sosial
karena mereka yang berbelanja dibatasi, dan harus mengantri dengan jaga jarak
1,5 meter. Nenek dilarang untuk menemani ibu pergi berbelanja.
Ketika berpapasan dengan kenalan, orang menghindar dan
mengambil jalan melingkar agar tidak berdekatan. Pastilah ada banyak orang yang
tidak tahan akan pembatasan begini.
Orang mencoba-coba bagaimana hidup secara normal dalam
belenggu peraturan-peraturan darurat corana ini. Awalnya mereka tetap ke luar
rumah, bermain di taman, jogging sambil menjaga jarak fisik dengan sesama.
Denda dan Kehilangan
Pemasukan
Pembatasan sosial atau lockdown pun berciri dinamis,
ditambahkan, diperketat. Lockdown yang disebut hingga tanggal 31 Maret
diperpanjang hingga 28 April, lalu diperpanjang lagi hingga 20 Mei.
Awalnya polisi secara persuasif membujuk orang agar taat
peraturan. Selanjutnya orang yang bandel bekerumun didenda.
Demikian pula mereka yang semobil padahal tidak serumah,
juga didenda. Efek samping dari ini adalah belanja online meningkat tajam.
Namun lebih banyak kesusahan karena banyak orang terancam
kehilangan income. Para pekerja freelance tidak mendapat penghasilan, para
pengusaha yang produksinya macet masih harus membayar karyawan.
Peran pemerintah adalah mengatur kehidupan masyarakat, demi
kebaikan umum pemerintah membuat ketentuan pembatasan sosial. Pemerintah bukan
cuma membatasi orang, tetapi ketentuan juga berlaku bagi agenda pemerintah
bahkan yang tingkat nasional.
Jaga jarak juga berlaku di dalam ruang sidang parlemen,
sidang kabinet juga secara online, pesta Koningsdag hanya di dalam rumah saja,
peringatan hari kemerdekaan atau pembebasan Bevrijdingsdag dibatalkan.
Paket Voedselbank
Sebagai konsekuensi dari pemberlakuan lockdown ini
pemerintah memberi bantuan yang diatur dalam paket-paket kebijakan: bantuan
bagi UKM yang omsetnya berkurang sekian persen, pembebasan pajak tertentu,
tunjangan bagi kelompok tertentu, bantuan paket makanan (voedselbank).
Akibat dari pandemi ini hidup orang menjadi susah, di sini
dan di seluruh dunia. Orang kecil menjadi lebih miskin materi, namun juga orang
kaya. Pendek kata hampir semua orang bosan dengan pembatasan sosial begini.
Meninggalkan Cara
Lama?
Pandemi ini sungguh-sungguh telah mengubah cara hidup
manusia. Bagaimana nanti setelah pandemi ini berlalu? Apakah orang-orang akan
segera kembali lagi ke cara hidup sebelumnya?
Atau barangkali perubahan yang terpaksa ini akan masih
bertahan dan menjadi pembuka jalan untuk meninggalkan cara lama yang nyatanya
memang mencemari bumi kita dan merusak lingkungan alam.
Lockdown di mana-mana entah nasional entah terbatas: Cina,
Inggris, Italia, Jerman, Perancis, Belgia, Belanda, India, Indonesia, America
dan lain-lain hingga awal April 2020 telah memberi dampak penurunan sementara
karbon dioksida dan nitrogen dioksida sebanyak 40%, mengutip dari web https://www.theguardian.com.
Hal ini sangat meningkatkan kualitas udara dan mengurangi
risiko berbagai penyakit seperti asma, serangan jantung dan penyakit paru-paru.
Salam dari Negeri Kincir Angin…
Huijbergen, 30 April 2020
* Penulis adalah anggota
Kongregrasi Maria Tak Bernoda (MTB), tinggal di Belanda.