“Siapapun yang membutuhkan bantuan saat terjadi bencana harus kita bantu.
Caritas hadir untuk dimandatkan untuk membantu sesama yang mengalami kesusahan,”
ucap Bung Rudy Raka, Specialist Emergency Respond Caritas Indonesia.
PSE-Caritas Keuskupan
Agung Pontianak menyelenggarakan Workshop Standard Operasional Prosedur dan
Pelatihan Emergency Respond Bencana untuk seluruh Seksi Sosial Paroki
se-Keuskupan Agung Pontianak dan perwakilan Ordo atau Kongregasi Religius.
Kegiatan ini diselenggarakan atas kerjasama PSE-Caritas Keuskupan Agung
Pontianak bersama Caritas Indonesia yang diselenggarakan di Rumah Retret St.
Johanes Paulus II, Anjongan, dari tanggal 23-28 November 2021.
Pelatihan yang
melibatkan 49 orang peserta tersebut, diawali dengan pembahasan dan finalisasi
Standard Operasional Prosedur Penanganan Bencana di Keuskupan Agung Pontianak.
Pastor Pius Barces,
CP mewakili Kuria Keuskupan Agung Pontianak, mengungkapkan bahwa pelatihan ini
merupakan bekal bagi para seksi sosial atau siapa pun yang bekerja di bidang
pelayanan kemanusiaan untuk menaggulangi bencana yang terjadi di wilayah
maisng-masing.
“Bencana itu tidak
pernah mau kita ingini dan kehendaki, dengan kegiatan ini kita juga mau
membangun soldiaritas, koordinasi antar kita yang bergerak di seksi sosial
paroki,” ungkap Pastor Barces, yang juga Sekretaris Keuskupan Agung Pontianak.
Direktur Caritas Keuskupan
Agung Pontianak, Br. Kris Tampajara, MTB menggungkapkan pelatihan ini bertujuan
untuk meningkatkan kapasitas para seksi sosial Paroki dalam respond darurat
bencana secara professional dan akuntabel. Mengutip pesan Paus Fransiskus bagi
kita semua bahwa mereka yang melakukan pertolongan pada orang yang
berkesusahanan mesti memiliki kapasitas yang professional.
Rudy Raka, Spesialist Emergency Respond Caritas Indonesia mengungkapkan, “Kalimantan tidak dalam keadaan baik-baik saja, satu dekade akhir-akhir ini telah terjadi bencana kabut asap dan bencana banjir yang cukup menelan kerugian material dan non material.”
Pada tahun 2021
bencana banjir kerap melanda kota besar dibeberapa di Kalimantan. Bahkan awal
tahun 2021, Banjarmasin, Kalimantan Selatan selama kurang lebih seminggu
dilanda bencana banjir, tidak lama berselang beberapa saat di Palangka Raya, Kalimantan Tengah mengalami hal
yang sama. Awal November 2021, Sintang di Kalimantan Barat dilanda banjir yang
mengenangi sebagian pusat-pusat aktivitas ekonomi dan pelayanan publik.
Caritas Indonesia
yang sejak awal berdiri ditahun 2006, mendapat mandat dari Konferensi Wali
gereja Indonesia untuk secara khusus dalam merespon bencana yang terjadi berbagai
wilayah Indonesia. Sebagaimana kejadian bencana alam yang terjadi di Lombok,
Donggala-Palu, Siklon Seroja yang terjadi pertengahan tahun 2021 di Nusa
Tenggara Timur. Karya kemanusiaan yang dilakukan Caritas selama ini bekerja
sama dengan PSE-Caritas Keuskupan-Keuskupan di berbagai wilayah di Indonesia.
Pelatihan Emergency
Respond Bencana yang diberikan oleh Rudy Raka dan Ramiasi Novitasari, staf
Caritas Indonesia selama lima hari, banyak mengulas tentang bagaimana menjadi
relawan yang profesional dan akuntabel dengan berbekal pengetahuan yang mumpuni
dibidang kebencanaan.
“Dalam respon darurat bencana, kita mesti memiliki pengetahuan terkait dengan Metode Sphere, Konsep Dasar Kebencanaan, Metode dan Alat Kajian Cepat, Piangam kemanusiaan, Prinsip Perlindungan, Core Humanitarian Standard dan Code Akuntabilitas Of Conduct,” papar Rudy Raka. (hila)