[Foto: Borneo Almanak & Sumbangan Gereja Kalimantan] |
SEJAK 1896, umat Katolik di Singkawang dan Sejiram tanpa pelayanan dari imam.
Pelayanan hanya diberikan oleh katekis Tshang Kang yang diangkat pada 1895.
Umat yang dibaptis sangat merindukan pelayanan iman dari para pastor.
Kalimantan
tak mudah ditaklukan. Medan yang berat membuat karya pewartaan Injil menjadi
tak mudah. Orang-orang asing kerapkali masih dianggap sebagai penjajah, yang
hendak merampas potensi alam dan kemerdekaan penduduk asli. Kendati sejak
1800-an, kelompok religius Katolik berupaya menyebarkan Injil kepada penghuni
Borneo, hasilnya belum memuaskan. Akhirnya, para misionaris melihat bahwa upaya
penyebaran iman Katolik kurang menggiurkan di tanah Borneo.
Pada
11 Februari 1905, semasa Paus Pius X – diangkat sebagai Paus pada 4 Agustus
1903 hingga 20 Agustus 1914 – di Roma mengeluarkan dekrit pembentukan Prefektur
Apostolik Borneo Belanda. Paus menyerahkan pelayanan gereja seluruh
Borneo-Belanda sebagai daerah misi kepada Ordo Kapusin Provinsi Belanda.
Baca
Ini: Menguak Jejak Misi Gereja Katolik di Tanah Borneo
Pada 10 April 1905, Pater
Pasificus Bos, yang saat itu menjabat sebagai Provinsial Kapusin Provinsi
Belanda diangkat menjadi Prefektur Apostolik Borneo. Beberapa hari kemudian
dipilih tiga orang pastor dan dua bruder Kapusin untuk menemani Bos menuju
medan misi di Borneo.
Pada Jumat, 26 Mei 1905 di Roma,
Pater Pasificus Bos beraudiensi dengan Sri Paus Pius X. Dalam pertemuan
tersebut, Sri Paus Pius X merasa gembira karena para Kapusin Belanda rela
mengambil bagian dalam karya misi di Borneo yang sangat berat. Bos kemudian
menerima berkat khusus dari Paus Pius X dengan meletakkan tangan di atas kepala
Pater Bos.
Paus merasa terharu dengan
kerelaan Ordo Kapusin Belanda tersebut.
“Semoga benih injil segera
ditaburkan di Borneo laksana biji sesawi yang kecil pada awalnya tetapi menjadi
semakin tumbuh seperti pohon yang rindang,” kata Paus Pius X saat memberi
berkat kepada Pater Bos.
Setelah semuanya siap, pada 16
Oktober 1905, lima misionaris Kapusin berangkat ke tanah misi Borneo. Kelima misionaris
itu terdiri atas Pater Pasifikus Johanes Bos, Pater Eugenius Adr V. Disseldorp,
Pater Camillus Frans Buil, Pater Beatus Josef Bayens, Bruder Wilhelmus Johan
Verhulst, dan Bruder Theodoricus Wilh Van Lanen.
[Foto: Borneo Almanak & Sumbangan Gereja Kalimantan] |
Saat hendak berpisah, Pastor Pasificus Bos mengungkapkan kata-kata yang mengharukan. Ini kata-kata yang disampaikan Bos sebelum berangkat ke tanah misi Borneo Barat.
“Anda semua, yang membaca
kalimat-kalimat ini, kami mohon anda selalu ingat akan misi kami dalam doa-doa
anda. Pekerjaan ini begitu berat, dan memulai karya ini begitu sulit. Berdoalah
bukan hanya bagi misionaris-misionaris, tetapi terlebih untuk penghuni Borneo
juga. Memohon pada Allah yang mahabaik, agar Dia mengutus Roh Kudus-Nya dalam
hati mereka. Kami mungkin dapat melakukan segala-galanya yang merupakan
kewajiban seorang misionaris, anda dapat membantu kami dan tinggal membantu
dengan mengirim doa dan derma mu, tetapi akhir dari segala-galanya adalah;
Tuhan harus beri rahmat-Nya dan kesuburan pada karya kami. Kami yakin, bahwa
dengan berkat yang harus ada, dan dengan dukungan saudara-saudara kami seiman,
pengutusan kami akan berhasil. Penyebaran Injil, yang sudah begitu banyak
membahagiakan bangsa, akan juga membawa kesejahteraan dan berkat di tanah orang
Dayak yang miskin. Pelajaran dari yang disalib, yang sudah begitu banyak
penderitaan meringankan, juga akan membangkitkan mereka dari kesusahan.
Bangsa-bangsa disana juga merupakan bagian dari satu kawanan, di mana Kristus
adalah gembala.”
Setelah beberapa saat singgah di
Batavia, Pater
Pacificus Bos bersama Pater Eugenius,
Bruder Wilhelmus dan Bruder Theodoricus tiba
Singkawang
pada 30 November 1905. Dalam perjalanan dari Batavia ke Singkawang para
misionaris tersebut ditemani oleh
Pater Schräder.
Saat tiba di Singkawang, mereka
menjumpai sebuah bangunan gereja
yang baru dibangun dalam
keadaan bersih. Gereja ini memiliki luasnya 17 x 7 meter, yang terdiri atas sakristi dengan panjang enam meter. Dalam gereja terdapat sebuah meja altar yang cukup baik, tiga buah patung, dan gambar-gambar jalan salib tergantung. Benda-benda itu
dibawa dari Buitenzorg setahun sebelumnya.
Artikel Selanjutnya: Vries Jumpa Jin Kon; Siapkan Lima Orang yang Mohon Dibaptis Anut Iman Katolik
Penulis: Br. Kris
Tampajara MTB
Editor: Budi Atemba