[Foto: Borneo Almanak & Sumbangan Gereja Kalimantan] |
KETIKA mengunjungi kampung-kampung, Prefek Bos memberikan peneguhan iman kepada umat Katolik. Ia juga bertemu orang-orang kampung dan tokoh-tokoh masyarakat. Dalam pertemuan terjadi pembicaraan hal-hal yang dihadapi masyarakat sehari-hari.
Dalam turne itu, Prefektur Bos melakukan pembaptisan dan pengajaran iman. Perayaan ekaristi bersama umat Katolik yang jumlahnya dapat dihitung dengan jari. Pada 15 Agustus 1908, Prefektur Bos, OFMCap merayakan ekaristi Pesta Bunda Maria Diangkat ke Surga di rumah warga, di Kampung Sempadang.
Enam umat menerima sakramen Krisma dan lima orang dewasa berserta satu anak dibaptis secara Katolik. Setelah dari Sempadang, rombongan terus menuju ke Kampung Pelanjau.
“Tiga jam berjalan di antara hutan belantara, meniti parit dan gambut, bahkan melompati sungai kecil, kadang pohon melintang di jalan tikus yang kami lewati. Risiko terjerembab, jatuh dari titian batang kayu, tergores semak-semak berduri, bahkan diisap lintah menjadi bahan tertawaan kami ketika rehat di tengah jalan,” tulis Pastor Justinianus, OFMCap
“Akhirnya setelah berjalan kurang lebih tiga jam kami mendengar kokok ayam dan gonggongan anjing. Rasa lega bahwa kampung Pelanjau sudah dekat,” tulis Pastor Justinianus dalam catatan harian.
Baca Ini: Melirik Pemangkat, Pastor Camillus Naik Perahu Tujuh Jam dari Singkawang
Setelah dari Pelanjau kembali ke Sempadang, kemudian rombongan turne menuju ke Kampung Buduk. Di Buduk terdapat beberapa orang Katolik yang sudah dipermandikan oleh pastor dari Singkawang. Ada beberapa umat dari Serawak.
Turne berakhir di Kampung Buduk. Mereka kembali ke Pemangkat. Sedangkan Prefektur Bos kembali ke Singkawang dengan berjalan kaki selama 10 jam.
Setelah dua tahun membantu Pastor Marcellus di Stasi Pemangkat, Pastor Justinianus pindah ke Borneo bagian timur. Selama ini, Bruder Leopold OFMCap yang bertugas di Pemangkat membangun pastoran dan menyelesaikannya pada tahun 1909. Selama tiga tahun, mereka tinggal di Sakristia/ruangan di samping gereja.
Pada 8 Mei 1910, Pastor Justinianus diutus untuk bermisi ke Borneo bagian timur-selatan (sekarang Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan) dan diganti oleh Pastor Augustinus, OFMCap. Pada tahun yang sama Bruder Leopold juga diganti oleh Bruder Alexius, OFMCap.
Pastor Marcellus yang tiada lelah bekerja untuk kemajuan masyarakat dan umat telah dinobatkan sebagai “Pastor Perintis” untuk membuka tempat-tempat misi baru. Setelah tugas membuka stasi Pemangkat, dia juga ditugaskan untuk melakukan penjajakan untuk membuka misi di Pelanjau dan Sambas. Kemudian hari membuka lahan misi di Nyarumkop dan Raba.
Baca Ini: Pastor Eugenius: Umat Tidak Tahu Kapan Hari yang Disebut Hari Minggu
Tahun 1911, Pastor Marcellus, OFMCap bersama Bruder Alexius, OFMCap ke Pelanjau (akan dibahas pada tulisan lain) untuk mendirikan gedung sekolah. Di dalamnya ada ruangan yang dapat digunakan oleh Pastor jika datang bertugas di situ.
Karena Pastor Marcellus terlalu sering ke Sambas untuk mendirikan stasi baru, maka sekolah Pelanjau diserahkan kepada Pater Egbertus, OFMCap, sedangkan Pater Amandus menjadi Pastor stasi Pemangkat.
Setelah tahun 1914, Pastor Marcellus kembali ke Pemangkat tetapi lebih banyak memberi perhatian pada sekolah di Pelanjau. Awal tahun 1916, Pastor Marcellus pindah dari Pemangkat ke Pelanjau agar lebih konsentrasi mengembangkan Pelanjau.
Setelah menetap di Pelanjau, Pastor Marcellus berusaha melakukan promosi untuk menarik minat orang tua agar menyekolahkan anak-anaknya. Hasil promosi itu tampak nyata dalam waktu singkat, jumlah anak sekolah naik sampai 100 murid. Asrama bagi anak-anak tidak muat. Sehingga ada yang tinggal di rumah penduduk. Marcellus dan Bruder Nerius bersama dengan guru memberi segala tenaganya.
Sejak dibuka pada 1911, Sekolah Pelanjau yang begitu pesat perkembangan jumlah muridnya. Namun, tahun 1920, Sekolah Pelanjau harus ditutup dan ditinggalkan.
Penulis: Br. Kris Tampajara MTB
Editor: Budi Atemba
Artikel Lain: SejiramMisi Bagi Orang Dayak, Singkawang Misi Bagi Orang Tionghoa