[Foto: Borneo Almanak & Sumbangan Gereja Kalimantan] |
Pada 24 Januari 1924, Pastor Fulgentius diutus untuk memperkuat barisan misi di Nyarumkop. Dia bertugas untuk membantu di persekolahan. Sedangkan, Pastor Marcellus pada 1 Maret 1924, ditetapkan sebagai pengurus semua Sekolah Rakyat di bawah pengawasan misi di Singkawang. Dengan begitu, urusan sekolah dapat lebih diperhatikan.
Tenaga awal misi di Nyarumkop sangat membutuhkan sikap rela berkorban dan keikhlasan untuk mengembangkan masyarakat Dayak. Tak mengherankan, jika tenaga dan pikiran, juga waktu mereka tercurah untuk hal tersebut.
Bruder Timoteus yang sejak awal mempersiapkan seluruh kepentingan misi di Nyarumkop pada 29 September 1924 jatuh sakit dan dibawa ke Singkawang. Hari berikutnya, Bruder Timoteus meninggal dunia. Tiga tahun kemudian, pembantunya Bruder Alardus juga dipanggil oleh Tuhan Allah. Kedua misionaris yang sangat berjasa dalam masa sulit di Nyarumkop.
Pada September 1928, sekolah untuk perempuan dibangun di Nyarumkop. Pembangunan itu hasil kunjungan Muder dari Veghel untuk mendukung pendidikan bagi anak-anak perempuan Dayak. Kunjungan itu sangat bersejarah bagi pendidikan bagi kaum perempuan Dayak.
Baca Ini: Sekolah Pelanjau Ditutup, Misi Pendidikan Pindah ke Nyarumkop
Untuk langkah awal, dibangun asrama untuk anak wanita Dayak. Bahan bangunan tersebut dari material gereja yang ada di Teluk Suak. Material ini dibawa oleh Bruder Sergius pada 6 Agustus 1929.
Pada 13 Agustus 1930, mulai dibangun gedung susteran dan asrama. Bangunan itu harus cepat selesai agar bisa ditempati oleh para suster untuk karya pendidikan bagi anak-anak perempuan Dayak.
Ketika cuti ke Belanda, Prefek Bos yang akan kembali ke Borneo berencana membawa beberapa suster untuk bertuas di Nyarumkop. Ada tiga suster yang berangkat yakni Sr. Symphoriana, Sr. Sophia, dan Sr. Humilia. Mereka tiba di Nyarumkop pada 15 Juli 1931. Para suster itu langsung berkarya untuk sekolah perempuan, yang memiliki 25 murid.
Biaya operasional yang diperlukan setiap bulan mencapai Fl.45. Untuk biaya tersebut, Vikariat memberi beasiswa sebesar Fl.5, sedangkan biaya lain-lain ditanggung oleh para zuster dan donatur atau subsidi pemerintah.
Pastor Leo De Jong menulis, misi hendak berusaha memajukan masyarakat Dayak, tidak saja melaui pendidikan formal, namun juga pendidika nonformal. Pada April 1931, diadakan perundingan dengan konsultan pertanian, Tuan De Mol. Muncul rencana membuka kursus pertanian di Nyarumkop untuk pemuda-pemuda Dayak.
Hal itu bertujuan agar petani Dayak mengolah sawah dan ladang sehingga hasilnya dapat ditingkatkan. Untuk melaksanakan program tersebut, pada 4 April 1931, Bruder Humbertus dipindahkan ke Nyarumkop.
Penulis: Br. Kris Tampajara, MTB Editor: Budi Atemba
Artikel Lain: Datangkan Guru dari Manado, Bangun Asrama untuk Menampung Anak Sekolah