“…kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan.” – Luk. 17:10b
Oleh: RP. Leonardus Nojo, OFMcap
Minggu, 02 Okt 2022
Minggu Biasa XXVII
(Hab. 1:2-3;2:2-4; 2Tim 1:6-8.13-14; Luk 27:5-10
Iman akan Allah dan Sabda-Nya adalah kekuatan hidup kita tapi juga serentak misteri. Iman akan Allah tidak serta merta bebas dari segala penderitaan dan tantangan hidup. Kisah Abraham, Ayub, para nabi dan para rasul dalam sejarah keselamatan dan santo-santa sepanjang sejarah Gereja adalah contoh yg nyata untuk kita. Inilah pergulatan Nabi Habakuk dalam bacaan pertama.
Nabi Habakuk tidak kuat melihat kekejaman dan penindasan yg dilakukan oleh Raja Yoyakim terhadap rakyatnya. Nabi Habakuk protes kepada Allah yg seolah-olah berdiam diri melihat penindasan itu. Allah menjawab Habakuk, " Orang sombong tidak lurus hatinya, tetapi orang benar akan hidup berkat imannya " (Hab 2:4).
Apa yg dialami oleh Habakuk terkadang kita alami juga dalam hidup. Kita merasa sungguh beriman, namun derita, kegagalan dan pelbagai tantangan hidup lain seakan-akan tidak lepas dari hidup kita. Kita menggerutu kepada Allah yg seolah-olah tidak mendengarkan doa kita.
Allah tetap mendengarkan doa kita dan Dia tahu kapan doa kita diwujudkan-Nya. Tugas kita berdoa dan terus mengimani Dia apapun situasi hidup kita seperti yg dicontohkan oleh Rasul Paulus. Rasul Paulus meski sedang dalam penjara dan hanya menunggu waktu saja untuk dihukum mati, dia tetap memberikan support kepada Timotius agar tidak kenal lelah mewartakan Injil dan terus hidup seturut kehendak Allah. Derita dan tantangan hidup jangan sampai menyurutkan iman kita. Iman akan Allah bukan terutama untuk bebas dari tantangan hidup, melainkan supaya kita kuat hadapi pelbagai tantangan hidup. Bersama para rasul kita mohon kepada Tuhan, " TUHAN TAMBAHKANLAH IMAN KAMI" (Luk 17:5).