Minggu Biasa XXVIII Tahun C/1-2022.
2 Raj
5:14-17; 2Tim 2:8-13; Luk 17:11-19.
Hati yang Penuh Syukur
Oleh: RP. Leornardus Nodjo OFMCap*
Pengalaman
menderita sakit, baik yang disebabkan oleh penyakit, bencana alam, perang,
perbuatan orang lain atau karena kesalahan kita sendiri, adalah sesuatu yang tidak mengenakan dalam hidup kita. Demikian juga pengalaman akan kegagalan
dalam usaha, dalam membangun rumah tangga dan dalam relasi dengan orang lain.
Beragam reaksi kita dalam menghadapi penderitaan dan kegagalan itu. Ada yang bereaksi menolak dan menyalahi orang lain, dan ada juga orang yang belajar dari
pengalaman itu dan merenungkannya bersama Allah untuk menjadi lebih baik ke
depannya. J.J. Rosseau berkata,"Pengalaman adalah guru yang baik".
Terhadap pengalaman yg pahit itu, kita bisa belajar dari Namaan, panglima Raja Aram, yang menderita sakit kusta (2 Raj 5:14-17) dan kesepuluhan orang kusta (Luk 17:11-19). Namaan mendapat info dari seorang pembantu rumah tangganya yg berasal dari Israel bahwa di Israel ada Nabi Elisa yang dapat menyembuhkan orang sakit. Setelah Namaan bertemu dengan Nabi Elisa, Nabi Elisa menyuruhnya untuk membenamkan dirinya tujuh kali di Sungai Yordan. Setelah dia melakukan itu dia menjadi sembuh. Peristiwa penyembuhannya itu membimbing dia untuk mengimani Allah dan bersyukur kepada-Nya.
Demikian juga dengan 10 orang kusta yg disembuhkan oleh Yesus. Karena penyakit kusta itu, mereka tidak hanya menderita secara fisik, melainkan juga dikucilkan dari masyarakat yang membuat mereka secara batin juga menderita. Satu-satunya harapan mereka adalah Allah. Nah, ketika mereka mendengar Yesus lewat, mereka serempak berteriak dan memohon kepada Yesus untuk menyembuhkan mereka. Yesus mengabulkan permohonan mereka dan menyuruh mereka untuk memperlihatkan diri mereka kepada imam-imam.
Dalam perjalanan menghadap iman, mereka sembuh dari sakit mereka. Namun yang kembali berterimakasih kepada Yesus hanyalah seorang Samaria yang dipandang oleh orang Yahudi sebagai orang kafir. Sedangkan 9 orang Yahudi yang disembuhkan itu tidak kembali bersyukur kepada Yesus. Maka Yesus bertanya kepada orang Samaria itu, "Bukankan kesepuluh orang tadi semuanya telah sembuh? Di manakah yang sembilan orang itu? (Luk 17:17).
Dari peristiwa penyembuhan dan sikap orang yang telah disembuhkan di atas, ada beberapa pesan kita bisa ambil:
1. Allah
senantiasa mengasihi dan menyembuhkan sakit -penyakit kita, jika kita sungguh
beriman pada-Nya;
2. Rahmat
Allah itu perlu juga kerja sama dan usaha dari pihak manusia;
3. Allah
kadang menyatakan kemuliaan-Nya dan mendidik kita melalui pengalaman yang pahit
serta berkarya melalui sesama kita;
4. Terhadap
kebaikan Allah itu, kita menyatakan ketaatan iman dan selalu bersyukur
kepada-Nya. Karena itu dalam doa kita, kita perlu memohon kepada Allah agar
dikaruniai hati yg penuh syukur.
* Pastor Kepala Paroki Gembala Baik Pontianak