Nyantrik; Ketahuan Pacaran Backstreet, Dihukum Baca Surat Cinta yang Dikirim ke Pacar (Bag. 6)

November 28, 2022
Last Updated

[Foto: Situs Ponpes Ngruki]

Aktivitas kegiatan santri di asrama pondok pesantren diatur sedemikian detil. Perubahan tiap kegiatan selama 24 jam ditandai dengan bunyi bel yang suaranya bisa didengar dari kejauhan. Para santri sudah hafal semua kegiatan berdasarkan jam. Aktivitas dimulai dari adzan subuh pertama. Aktivitas santri diakhiri jam 10 malam. 

Dalam struktur dewan pengasuh pondok, ada dua bagian. Pertama adalah pengasuh asrama sering disebut dengan bagian kesantrian (Dormitory/Asrama) dan yang kedua bagian pendidikan. Semua kegiatan santri diatur oleh Bagian Kesantrian dibantu oleh santri Kibar (senior) yang terdiri dari santri kelas 5 Mualimin yang tergabung dalam organisasi IST (OSIS). Untuk santri kelas 6 Mualimin lebih difokuskan untuk segera menyelesaikan studinya. Di organisasi IST tugas santri kelas 6 sekadar sebagai pembimbing untuk adik-adik kelas.

Sejak kelas 3 Mualimin (setara 3 SMP), saya sudah diperkenankan pengasuh untuk ngajar ngaji (Ta'lim) ke masjid dan surau di sekitar Desa Cemani. Bahkan saat itu, saya dapat tugas ta'lim ke Masjid Darussalam punya sebuah pabrik konveksi (seingat saya milik perusahaan Batik Keris).

Namanya bisa keluar kompleks asrama, ini jadi waktu refreshing. Karena saya bisa jalan jalan. Bisa lebih mengetahui tempat tempat yg di kemudian hari menjadi rute saya untuk keluyuran di berbagai tempat di Kota Solo. Ta'lim di masjid atau surau itu seperti mengajar ngaji anak-anak kampung. Dari ngaji Juz Amma dan Iqra', ataupun tulis baca bahasa Arab. Kami juga ngajarin anak anak usia SMP dan SMA. Ngajar anak ABG kadang kala membuat pengajar menjadi salah tingkah (salting) karena mengajari anak sebaya apalagi yang berjenis kelamin perempuan.

Pengajar yang notabene santri putra yang juga masih di usia muda nan labil, tentu akan timbul benih cinta lokasi antara guru dan murid. Bahkan, ada teman saya yang akhirnya menikahi murid ngajinya setelah menunggu sekian tahun saat keduanya sama sama lulus dari sekolahnya masing masing.

Namun ada juga yang nekat pacaran backstreet dengan murid ngajinya. Ada seorang teman santri senior saya yang ketahuan saling kirim surat. Surat dari murid ngajinya ditemukan Qismul Amn saat razia rutin di kamar santri. Hukuman yang diberikan kepada santri ini dengan digundul di depan umum sembari dibacakan isi surat cinta tersebut. Bayangkan betapa malunya. 

Di kegiatan ta'lim yang dilakukan dua hari dalam seminggu (hari Selasa dan hari Kamis) ini, saya kurang beruntung. Saya sering dapat jatah ngajarin ngaji ibu-ibu dan nenek nenek. Ini disebabkan oleh kemampuan bahasa Jawa saya.

Santri Ngruki saat itu juga dilatih fisiknya. Ada beberapa kegiatan rutin di asrama untuk melatih fisik santri. Di antaranya beladiri. Jenis beladiri untuk santri mirip dengan Tapak Suci milik Muhammadiyah.

Selain beladiri, sebulan dua kali santri rutin ada kegiatan renang. Ada satu kolam renang yang di-booking oleh pengasuh yaitu Kolam Renang Bale Kambang. Lokasinya jauh ke arah Manahan. Untuk menuju ke Bale Kambang, para santri berlari dalam barisan. Dari dusun Ngruki ke arah Bale Kambang di Manahan itu jauh. Rute yang kami lewati melalui wilayah Kota Barat. Sambil berlari, santri banyak menyanyikan lagu-lagu perjuangan berbahasa Arab diselingi takbir. Bahkan jika lewat depan (maaf) tempat ibadah umat lain, semakin keras takbir yang diteriakkan. 

Pernah kejadian, seorang santri dengan pedenya sewaktu pulang renang dari Bale Kambang masuk ke sebuah tempat ibadah umat lain yang sedang ada kegiatan, dan si santri ini berteriak takbir dengan kerasnya.

Ada juga kegiatan fisik yang dilakukan rutin sebulan sekali pada malam Jumat. Yaitu Kegiatan "SIAHAH" dalam bahasa Indonesia kurang lebih artinya long march. Kegiatan SIAHAH ini dilakukan oleh santri kelas 1 sampai dengan kelas 3 Mualimin. Sebagai pendamping, ada beberapa ustadz muda dan santri kelas 4 dan 5 Mualimin. Rute yang pernah saya ikuti untuk pertama kali adalah dari Ngruki ke Pemandian Pengging di wilayah Boyolali. Pernah juga siahah ke arah Pemandian Cokro Tulung di Klaten, dan Waduk Gajah Mungkur Wonogiri. 

Kegiatan siahah ini dimulai dari pukul 9 malam untuk berjalan kaki ke tujuan, setelah sampai lokasi, kami berwisata di sana. Pulang ke Ngruki kami akan menyewa kendaraan. Karena lokasi yang saya sebutkan di atas masih di seputar Kota Solo maka Jumat malam kami sudah tiba di asrama Pondok. Kegiatan Siahah ini pernah juga dilaksanakan dengan rute yang jauh.

Pada tahun 1990, pernah diadakan siahah dengan rute Ngruki ke Parangtritis, kami berangkat dari Ngruki hari Jumat malam sampai ke Parangtritis seingat saya hari Minggu pagi. Kemudian tahun 1991, kami naik bis ke arah Kaliurang Jogja untuk berwisata, namun untuk balik ke arah Ngruki kami jalan kaki. Sepanjang ingatan saya, saat itu waktu yang diperlukan untuk jalan kaki balik ke arah Ngruki sama dengan saat kami ke Parangtritis tahun sebelumnya. 

Dalam siahah jarak jauh ini, pihak pendamping dan pengasuh sudah mempersiapkan beberapa titik peristirahatan untuk tidur dan makan. Saat siahah Kaliurang ini, di daerah perbatasan Jogja Klaten, ada beberapa santri merobohkan patung Jesus di depan rumah warga di pinggir jalan besar.

Akibatnya pemilik rumah melapor ke polisi dan akhirnya kasus ini berakhir damai dengan syarat kami diminta urunan oleh pihak pondok untuk ganti rugi patung yang dirobohkan beberapa teman kami. Di tahun tahun berikutnya, kegiatan Siahah ini rutenya semakin jauh, tapi hanya untuk santri kelas 4 dan 5 Mualimin yang tergabung dalam SAPALA Kamufisa (Santri Pecinta Alam - Kaum Mujahid Fi Sabilillah). Rutenya antara lain Indramayu ke Ngruki dan Jakarta ke Ngruki. Saya tidak ikut kegiatan ini. 

Cerita saya tentang kegiatan kegiatan yang melibatkan fisik ini tentu bisa menjadi gambaran tentang sejauh mana implementasi santri pondok pesantren Ngruki melatih fisiknya. Ayat dan Hadist untuk jihad adalah motivator utama. (*)

Penulis: Didien Khoerudin

Artikel Lain: Benarkah Santri Ngruki Cenderung jadi Radikal (Bag. 5)

Selengkapnya