PJ Denggol; Katekis yang Diburu Kempetai Jepang (Part -3)

November 01, 2022
Last Updated

[PJ Denggol bersama Uskup Ketapang, Mgr Blasius Pujahardja - Dok Pribadi]

Dalam Sertifikat dan Surat Kesaksian yang dikeluarkan oleh Sekolah RK Standaardschool di Nyarumkop pada 31 Januari 1931, tertulis nama Denggol dengan ayah bernama Sali, di kampung Beringin (Serengkah) pada tahun 1916. Denggol dipermandikan pada 24 Desember 1930 dan menerima Sakramen Krisma pada 10 Mei 1931.

Pada masa bersekolah di Nyarumkop, Saelan dan Rehal sudah menjadi guru. Teman seangkatannya, Delaseh yang menjadi sahabat dalam belajar, kemudian hari bersamanya menerima penghargaan dari Paus sebagai katekis atau penyebar agama Katolik.

Sewaktu bersekolah, mereka mempunyai adik kelas bernama Palaoensoeka dan Oevaang Oeray. Palaoensoeka menjadi anggota MPR dan DPR, Oevang Oeray sebagai gubernur orang Dayak yang pertama memimpin Kalimantan Barat. Persekolahan Nyarumkop menjadi titik awal perkembangan orang Dayak yang melahirkan banyak pemimpin.

Ketika masa bersekolah dua saudara kandung yang terpisah oleh tempat yang berjauhan. Ignatius Denggol dari Ketapang dan Heronimus Denggol dari daerah Mualang. Keduanya dua beradik kandung. Heronimus diangkat anak oleh Buan di daerah Mualang tidak mempunyai anak. Setelah mengangkat Heronimus sebagai anak angkat lahir adiknya yang diberi nama Stevanus Buan.

Ketika Heronimus sekolah di Nyarumkop, dia tidak tahu kalau mempunyai abang yang lebih dahulu bersekolah. Ignatius dipesan oleh orang tua di Ketapang. “Bila ada yang namanya Denggol di belakangnnya, itu saudaramu,” begitu pesan orangtuanya.

Menurut cerita, Ignatius selalu menunggu kesempatan untuk mengatakan kepada Heronimus, adiknya. Menurut Heronimus, ada orang yang selalu memantau kegiatannya. Bila didekati maka Heronimus selalu lari ketakutan ada orang yang tidak dikenal datang padanya.

Suatu hari, Heronimus mengambil daging dan Ignatius bertugas mengambil sayur. Lalu Ignatius mendekatinya dan memegang tangannya. Ignatius mengatakan bahwa ia saudaranya dari Ketapang. Barulah Heronimus tahu dia punya abang dari Ketapang dan orangtua di Ketapang, sedangkan yang di Sekadau merupakan orang tua angkat. 

Kedua bersaudara ini menyelesaikan sekolahnya di Nyarumkop. Ignatius Denggol kemudian bekerja sebagai guru dan Kepala SMA Negeri I Ketapang. Ia melanjutkan kuliah ke IKIP Sanata Dharma di Yogyakarta jurusan sejarah. Selanjutnya menjadi pegawai Dinas Kebudayaan Kabupaten Ketapang. Ignaitus purnatugas sebagai Kepala Dinas Pendidakan dan Kebudayaan Kecamatan Nanga Tayap.

Sedangkan Heronimus melanjutkan ke Akademi Pemerintahan Dalam Negeri (APDN) Pontianak. Heronimus bertugas menjadi camat di Jelai Hulu, Tumbang Titi. Ia juga bekerja sebagai pegawai kantor Bupati Ketapang. Heronimus mengakhiri pengabdiannya sebagai pegawai negeri sipil sebagai Kepala Dinas Perhubungan di Kabupaten Ketapang.

Stevanus Buan mengikuti pendidikan dari SD sampai SLTA, melanjutkan sekolah ke IKIP Sanata Dharma jurusan Bahasa Inggris. Stevanus Buan kemudian mengabdi sebagai tenaga dosen Bahasa Inggris di FKIP Universitas Tanjungpura.

Setelah tamat Sekolah RK Standaardschool di Nyarumkop, Denggol melanjutkan ke Seminari Menengah di Pontianak untuk menjadi Novis (calon pastor). Masa bersekolah ini dijalani hingga tahun orientasi pastoral. Akan tetapi, nasib berkata lain, pembimbing tidak mengizinkan Denggol menjadi pastor. Menurut penilaian pembimbing, Denggol selama mengikuti pendidikan selalu mengalami sakit.

Di kelas sering mengalami suhu badan terasa dingin tetapi suhu di dalam badan panas. Kondisi alam belantara Kalimantan yang berawa-rawa, memungkinkan potensi penyakit malaria. Denggol menderita sakit malaria. Ia diberi cuti untuk pulang ke Serengkah. Ia ditolak secara halus atau tidak diizinkan untuk menjadi pastor.

Surat keterangan yang dikeluarkan dan ditandatangani Ir Herculanus JM van der Burgt, Waligereja Vikariat Apostolik Pontianak pada 3 November 1959, yang isinya antara lain: mengingat surat Keputusan Menteri PP dan K tanggal 17 Djuli 1951 No. 17737 serta lampirannya mengenai penghargaan ijazah sekolah, mendengar keterangan yang cukup menerangkan dengan sesungguhnya  bahwa: PJ Denggol lahir tahun 1914 di Beringin (Kabupaten Ketapang) bersekolah pada Seminari Menengah di Pontianak dan turut pelajaran dengan hasil baik sampai dengan kelas V, tingkat pelajaran seminari menengah diterangkan sederajat dengan Gymnasium.

Niat menjadi pastor untuk mengabdikan diri bagi orang Dayak tidak pernah pudar. Selama pulang ke kampung, ia aktif membantu pastor turne dalam penyebaran agama dan pendidikan untuk masyarakat yang masih terbelakang. Sampai akhirnya, jalan hidupnya menentukan lain.

Pada 10 September 1938, Petrus Joseph Dengggol bin Sali mempersunting Maria Roefina Sindat binti Nyalang dengan saksi Silvester Tjoroh dan M. Panas diresmikan dan diberkati oleh Pastor Leo de Jong di Negeri Randau Jeka.

Penulis: Paulus Lukas Denggol

Editor: Budi Atemba 

Artikel Lain: PJ Denggol; Katekis yang Diburu Kempetai Jepang (Part-2)

Selengkapnya