Uskup Agung Pontianak, Mgr Agustinus Agus mendoakan warga binaan di Lapas Klas IIA Pontianak. [Foto: Komsos KAP]
“Saya tidak punya apa-apa yang bisa saya berikan.
Hanya kehadiran yang bisa saya persembahkan untuk kalian di sini,” kata Uskup
Agung Pontianak, Mgr Agustinus Agus sesaat sebelum perayaan misa Natal di
Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Pontianak, Jumat 30 Desember 2022.
Ini lembaga pemasyarakatan ketiga yang dikunjungi
Uskup Agus dalam mempersembahkan misa Natal. Pada 28 Desember, Uskup Agus
mempersembahkan misa di Kapel Santa Theresia Benedikta Lapas Perempuan.
Besoknya, pada 29 Desember, ia mengunjungi Rumah Tahanan Pontianak. Pada tiga
lembaga ini, Uskup Agus memberikan optimisme kepada warga binaan untuk terus
mengolah diri dan mengubah diri menjadi lebih baik.
Di Lapas Klas IIA Pontianak, ada 146 warga binaan yang
menganut agama Kristen dan Katolik. Dari jumlah itu, 86 orang menganut agama
Katolik.
Uskup Agustinus mengungkapkan, sebagai tanda mulia
peran manusia dalam menghayati kerendahan hati dan mau berkorban. Menurut
Uskup, peristiwa ini mengajak umat untuk merendahkan diri demi perdamaian dan
untuk orang lain. Gereja, kata Uskup, tidak bisa berdiri sendiri. Karena itu, gereja
dan semua orang harusnya berjalan bersama untuk perdamaian sejati.
“Semua cerita ini adalah simbol. Saya mau memerhatikan
semua kelompok. Dalam simbol tiga orang bijak itu, diungkapkan bahwa ada roh
yang mendorong mereka untuk pulang lewat jalan lain karena ada keselamatan
dalam Yesus. Mereka datang dan pulang bersama-sama untuk dan mencari jalan
kebenaran secara bersama,” katanya.
Uskup Agus mengajak warga binaan menyadari kebenaran
hanya bisa didapatkan dan diperoleh dengan percaya bahwa Tuhan yang berkuasa
atas hidup manusia. Maka dalam mencapai kebenaran sejati itu – seperti yang
diteladankan oleh tiga raja dari Timur- umat harus berjalan bersama.
Uskup Agustinus mengakui, secara hukum tidak bisa membebaskan
anak-anaknya dalam Lapas itu. Tetapi, kehadirannya sebagai bentuk gereja dalam
mewakili dan mendampingi anak-anaknya sebagai status warga binaan.
“Mari berjalan bersama mengatasi kesulitan. Jangan
sendiri-sendiri,” kata Uskup Agustinus.
Uskup Agung Pontianak, Mgr Agustinus Agus berdiskusi dengan Kalapas Klas IIA Pontianak, Julianto Budhi Prasetyono. [Foto: Komsos KAP]
Kehadiran Uskup Agung disambut langsung Kepala Lapas,
Julianto Budhi Prasetyono. Ia mengaku sudah mendengar jika Uskup Agustinus
kerap mengunjungi, menguatkan, dan turut ambil peran dalam pembinaan warga
binaan di lapas. Bahkan, setiap tahun mempersembahkan misa perayaan Natal
bersama dengan warga binaan.
“Terima kasih banyak Bapa Uskup. Selama ini, saya
dengar Bapa Uskup selalu memberikan peneguhan kepada warga binaan di sini. Saya
pribadi mengucapkan banyak terima kasih utuk pelayanan selama ini,” kata
Julianto.
Uskup Agus menitikberatkan tentang pentingnya
perhatian kepada kaum-kaum yang dianggap sebagai 'mantan narapindana' di mana
beban mental dan perasaan yang mereka alami selama ini. Menurut Uskup Agustinus,
tidak banyak yang bisa diberikan kepada wargabinaan, namun kehadiran yang
sebenarnya memberikan nilai berbeda dalam perayaan misa Natal setiap tahunnya.
Petugas Lapas Klas IIA Pontianak, Natalis Kuwin yang sudah
lima tahun bertugas di Lapas Pontianak, menyampaikan, saat ini terdapat 1.056
wargabinaan permasyarakatan dan 146 orang di antaranya adalah kristiani.
Menurut Kuwin, pelayanan ini dirindukan warga binaan. Saat ini, mereka membutuhkan
sapaan dari orang-orang tak sekadar hadiah atau pemberian namun kehadiran yang
menjadi kerinduan warga binaan.
Penulis: Samuel OFS
Artikel Lain: Natal Bersama di Rutan, Uskup Agustinus:Ini Retret Panjang Agar Bisa Mengolah Diri