Rumah Retret Johanes Paulus, Suster Lus Belajar Bahasa dari Anak Kecil

December 10, 2022
Last Updated


Suster Lus datang dari Peru, Amerika Latin. Sudah sepuluh tahun, Lus berkarya di Indonesia. Suster Dominikan Bunda Maria Rosario Suci itu kini berkarya di Rumah Retret Yohanes Paulus II di Anjongan, Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat.

“Ada komunitas kami di Indonesia. Satu di Flores. Beberapa suster dari Peru juga ada yang berkarya di Flores. Ini komunitas kedua,” kata Suster Lus.

 

Suster Lus belum fasih benar berbahasa Indonesia. Namun sudah cukup banyak kosakata yang diketahuinya. Ia terus belajar mengasah kemampuan berbahasanya. Suster Lus cukup kesulitan belajar bahasa Indonesia. “Saya ketemu anak kecil. Saya belajar sama mereka saat dalam pelayanan,” katanya.

 

Seorang rekan suster memberikan rekaman doa Salam Maria dalam Bahasa Indonesia. Suster Lus memutar rekaman itu. “Ini bahasa apa? Saya tidak mengerti satu kata pun.” Begitu reaksi Suster Lus saat mendengar rekaman yang diberikan seorang suster dari Indonesia tadi. Kendati begitu, ia terus mendengarnya. Apalagi, saat ini Suster Lus berkarya di Indonesia, yang mengharuskannya bisa berbahasa negara tersebut.

 

Di Peru, Suster Lus bercakap dalam bahasa Spanyol. Hampir tak ada kosakata yang sama antara bahasa tersebut dengan bahasa Indonesia. Kendati sulit berkomunikasi karena berbeda bahasa, Suster Lus sangat senang berkarya di Indonesia.

 

“Sudah susah belajar bahasa, susah juga dalam hal makan. Semua berbeda. Ditambah lagi susah mengurus dokumen izin tinggal. Harus bayar tiap bulan. Walau begitu, kami tetap setia memberikan pelayanan bagi orang-orang di sini,” kata Lus.

 

Suster Lus juga belajar makan masakan Indonesia, yang di Peru tak pernah dimakan. Dia suka makan nasi putih tanpa garam. “Ini favorit saya. Di Peru, nasi kami beda. Masak nasi dengan garam seperti bikin nasi goreng, kalau orang Indonesia bilang,” katanya.  

 

Bukan hanya cara makan nasi yang harus dibiasakan Suster Lus. Cara makan sayur juga mesti belajar. Di Peru, kata Lus, tidak pernah makan daun ubi, rebung, labu, juga buah Nangka dijadikan sayur. “Rambutan durian tidak ada di Peru. Saya belajar makan rambutan dan durian di Indonesia,” ceritanya.

 

Ketika Uskup Agung Pontianak, Mgr Agustinus Agus menyerahkan pengelolaan Rumah Retret Yohanes Paulus II Anjongan kepada komunitas Suster Dominikan, Suster Lus dan beberapa koleganya mendapat tugas tersebut. Ia berharap, warga yang berkunjung dapat tumbuh dalam iman. Rumah Retret juga membuka penginapan, bukan hanya untuk umat Katolik, umat agama lain juga diperkenankan.

 

“Rumah Retret ini terbuka bagi semua orang,” katanya.

 

Rumah Retret ini dibangun di kawasan Gua Maria Anjongan. Pada 23 Oktober 2020, Uskup Agung Mgr Pontianak, Agustinus Agus memberkati, yang kemudian memberikan nama Rumah Retret Johanes Paulus II. Sementara peresmian dilakukan oleh Gubernur Kalimantan Barat, Sutarmidji sehari sebelumnya, yakni pada 22 Oktober 2020. Proses pemberkatan dan peresmian dilakukan dengan protokol kesehatan karena masih suasana pandemi Covid-19.  

 

“Banyak sekali orang yang mengambil bagian dalam pembangunan rumah retret ini. Selain bersyukur kepada Tuhan, kita juga bersyukur karena banyak orang yang baik yang peduli pada kegiatan kita ini. Mereka sungguh membantu kita dengan niat yang tulus,” kata Uskup Agus.

 

Uskup Agus mengajak para imam dan suster untuk merenungkan setiap program dan tugas yang akan dikerjakan. Setiap akan melaksakan suatu program, maka hendaknya menyadari kembali isi program tersebut, apakah membuahkan kebaikan atau malah membuahkan perpecahan.

 

“Tetapi kalau kita mengerjakan tugas, begitu juga dengan setiap program yang ada, saya sadari apakah program ini membuahkan kebaikan atau membuahkan perpecahan,” ungkap uskup yang piawai dalam berpantun ini. 


Sumber: Komsos KAP


Artikel Lain: Valentinus Saeng; Filsuf Dayak yang Diangkat Sebagai Uskup Sanggau

Selengkapnya