Pastor Nazaarius Bangga: Ding jadi Pastor, Oevaang jadi Gubernur

January 17, 2023
Last Updated

Pastor Nazaarius OFMCap [Foto: Arsip Kapusin Belanda]

Pada Juni 1941, seminari di Pontianak resmi ditutup. Aloysius Ding yang belajar di seminari tersebut berangkat ke Flores untuk melanjutkan studinya. Ding kemudian ditahbiskan sebagai pastor dari Konggregasi Serikat Maria Monfortan di Seminari Ledalero, Folres.

Seminari tidak hanya menghasilkan pastor-pastor. Ada juga yang tidak menjadi pastor. Mereka kembali ke masyarakat untuk pengabdian yang lain. Jika ada yang tidak melanjutkan pendidikannya, setidaknya Mereka sudah berubah. Ada yang menjadi guru-guru, katekis, dan berkarya pada bidang-bidang lainnya. Sebenarnya seminar di Pontianak sangat berarti bagi misi. Pastor Nazaarius OFMCap dalam suratnya menyebutkan, seminari memberikan sumbangan yang sangat besar dalam karya misi di Borneo.  

Surat-surat Pastor Nazaarius OFMCap itu ditulis pada 1987. Surat-surat tersebut tersimpan rapi di Arsip Kapusin Belanda. Pastor Yeremias Mellis OFMCap kemudian mengalihbahasakan tulisan tersebut sebagai sebuah sumbangan kepada sejarah gereja Kalimantan. Pastor Nazaarius ditahbiskan sebagai imam Kapusin pada 21 September 1935. Dua tahun kemudian, ia menjadi misionaris di Borneo Barat hingga 1974. Setelah itu, ia kembali ke Belanda dan meninggal dunia pada 1991.

Ketika Jepang menguasai Borneo, pelayanan misionaris terhenti. Misionaris menjadi tahanan di Kamp Bukit Lintang, Serawak. Di pedalaman, kelas-kelas tidak memiliki guru. Jepang membunuh banyak orang, termasuk dinasti-dinasti Melayu. Dinasti-dinasti Melayu merupakan semacam pengantara dalam pemerintahan. Mereka memberi, kalau dapat dikatakan demikian, calon-calon untuk pegawai-pegawai kecil.

Sesudah perang, cukup banyak orang Dayak yang berpendidikan. Mereka mulai saling berkunjung. Mulai satu keinginan untuk maju karena juga di pedalaman perang sangat dahsyat. Akibat perang, ekonomi di pedalaman runtuh. Bahkan, stok garam saja tidak ada.

Orang-orang Dayak mulai sering bertemu. Mereka memulai pertemuan dengan doa satu Bapa Kami. Ketika berdoa tidak ada yang tertawa. Mereka memperhatikan hal tersebut. Dari beberapa kali pertemuan, kemudian dibentuk Persatuan Dayak (PD). Awalnya hanya untuk mengembangkan kebudayaan. Namun, kemudian bermetamorfosis menjadi Partai Dayak.

Saya tidak tahu, atau kami itu semua menyadari. Gerakan ini dari semula semua Katolik. Bukti? Dari awal ada pertanyaan: akan orang-orang Protestan ikut?” Pastor Nazaarius menulis dalam suratnya yang tersimpan dalam Arsip Kapusin Belanda.

Namun, Pastor Nazaarius melanjutkan catatannya, ada pihak lain yang mencoba memecahkan soliditas Partai Dayak tersebut. Mereka membentuk satu partai lagi dengan nama Partai Dayak Vrij Denker (PDVD). Seorang dokter dari Jawa yang bertugas di Pontianak diduga ada di belakang pembentukan PDVD tersebut. Ketua PDVD pada setiap daerah dijanjikan akan menerima sepuluh persen dari uang iuran. Kendati begitu, masyarakat tetap memilih PD sebagai ruang aspirasinya.

“Mereka bertanya kepada saya. Apa itu Vrij Denker? Saya jawab, tanpa Allah, tanpa Jubata, tanpa Amapawa,” tulis Pastor Nazaarius dalam catatannya.

Orang-orang Dayak mulai bergerak. Muncul pemimpin-pemimpin pada beberapa lembaga, baik pemerintahan maupun swasta. Seorang Dayak yang juga Katolik menjadi gubernur di Borneo Barat (maksud Pastor Nazaarius adalah JC Oevaang Oerai). “Saya masih ingat ketika mereka masih di seminar, ketika berkunjung ke sebuah tempat. Anak-anak tampak ragu-ragu untuk melangkah. Saya katakan kepada mereka, jongen loop door, het is jullie land (Anak jalan terus, itu tanah kalian),” tulis Pastor Nazaarius.

Kini, orang-orang Dayak telah diperhitungkan. Pintu sudah terbuka. Mereka akan menjadi sesuatu. Apa artinya sebenarnya sisa kehidupanku masih untuk gereja dan rakyat? Saya tidak pernah berhasil mengajak seorang menjadi Katolik. Mereka sudah percaya sebelum saya datang. Satu dari murid saya adalah Gubernur Borneo Barat. Lain menjadi anggota DPR di Jakarta. Harus saya ceritakan terus? Boleh saya tidak kembali? Pastor Nazaarius mengakhiri suratnya.

Artikel Lain: Pastor Nazaar kepada Seminaris: Anak-anak Jalan Terus. Itu Tanah Kalian

 

Selengkapnya