50 Tahun Gua Maria Anjongan; Ada Lomba Cipta Lagu Maria Bernuansa Etnis

February 08, 2023
Last Updated


Gua Maria Ratu Pencinta Damai Anjongan akan berusia 50 tahun pada 29 April 2023. Gua Maria yang terletak di Anjongan, Kabupaten Mempawah itu sudah menjadi pusat perziarahan umat Katolik untuk mendaraskan devosi kepada Bunda Maria sejak 29 April 1973. Uskup Agung Pontianak, Mgr Agustinus Agus memberikan perhatian yang cukup besar terhadap tempat ziarah tersebut.

Pada 2 Februari 2023, Uskup Agus telah meluncurkan dua perlombaan terkait peringatan 50 tahun Gua Maria Anjongan itu. Pengumuman resmi itu disampaikan saat mempersembahkan misa di Rumah Retret St. Johanes Paulus II, Anjongan. “Hari ini, saya nyatakan kegiatan untuk peringatan 50 tahun Gua Maria Anjongan, sebagai bentuk penghormatan dan terima kasih kita kepada Bunda Maria resmi dimulai,” kata Uskup Agung dalam kanal Youtube milik Keuskupan Agung Pontianak.

Ada dua kegiatan lomba yang digelar, yakni lomba cipta lagu etnis yang berhubungan dengan Santa Perawan Maria. Kemudian, lomba menyanyikan lagu-lagu Maria yang diikuti oleh kelompok paduan suara. “Lagu bernuansa etnis ini bisa etnis Dayak, Tionghoa, atau Melayu. Lomba ini terbuka untuk empat keuskupan di provinsi gerejawi Pontianak,” tambah Uskup Agus.

Penyerahan karya cipta lomba lagu etnis paling lambat pada 14 Mei 2023 per pukul 24.00. Penyerahan karya dalam bentuk pdf dan rekaman audio. Syair lagu mesti bisa dipertanggungjawabkan dari segi teologi gereja Katolik, nyanyian yang dimaksud adalah sebagai tanggapan atau ungkapan iman menumbuhkembangkan semangat kesalehan umat beriman untuk berdoa dengan bernyanyi atau mewartakan sabda Allah dalam nyanyian.

“Secara khusus, nyanyian ciptaan merupakan ungkapan devosi kepada Bunda Maria. Hal itu bisa diambil dari Kitab Suci, Mazmur, doa-doa resmi, juga tentang Gua Maria Anjongan,” kata Ketua Komisi Komunikasi Sosial Keuskupan Agung Pontianak, Paulus Mashuri.

Lagu yang diciptakan, kata Paulus, harus orisinal, baru, juga belum pernah dipublikasikan. Selain itu, naskah lagu yang disertakan dalam lomba juga dibuat sinopsi singkat terkait nyanyian tersebut. Informasi terkait perlombaan bisa diperoleh di paroki-paroki pada wilayah empat keuskupan provinsi gerejawi Pontianak.

Gua Maria Anjongan lahir dari keprihatinan Pastor Isak Doera, Pr. Isak yang bertugas sebagai pastor tentara dengan pangkat tituler Mayor TNI di Kodam XII Tanjungpura, yang kemudian ditahbiskan sebagai Uskup Sintang pada 1977, menyarankan kepada Antonius Leonardus van Aert, seorang pemimpin umat Katolik di Anjongan. Van Aert dibantu oleh Katekis Paroki Katedral St. Yosep Pontianak, Simon Petrus mencari tempat yang cocok untuk membangun Gua Maria.  

Pada 29 April 1973, Vikjen Keuskupan Agung Pontianak, Hieronymus Bumbun, OFMCap meresmikan dan memberkati Gua Maria Anjongan tersebut. Gua itu kemudian diberi nama Maria Ratu Pecinta Damai. Pastor Bumbun kemudian ditahbiskan sebagai Uskup Agung Pontianak pada 1976, menggantikan Mgr Herculanus Joanes Maria van der Burgt OFMCap.

Sejak saat itu, Gua Maria Anjongan menjadi tempat ziarah bagi umat Katolik. Pelayanan pastoran waktu itu masih dilaksanakan oleh Pastor Herman Yosep van Hulten OFMCap yang bertugas di Paroki Menjalin.

Penulis: Budi Atemba

Artikel Lain: Uskup Agung Pontianak Resmikan Jalan Salib Kayu di Gua Maria Anjongan

 

 

Selengkapnya