Cara Umberto Eco Menyoroti Fanatisme Agama Lewat The Name of the Rose

March 27, 2023
Last Updated


Pernah membaca buku The Name of the Rose? Kalau belum, boleh deh membacanya. Jika sudah, tentu banyak pesan yang bisa diambil dari buku itu. Umberto Eco, punya gaya dan cara yang cukup unik dalam menulis sebuah buku. Novel yang sudah diadopsi untuk sebuah film itu juga sangat sukses di pasaran. Apa sih sebenarnya pesan yang ingin disampaikan oleh The Name of the Rose?

The Name of the Rose, novel karya penulis asal Italia, Umberto Eco. Novel ini mengambil latar belakang pada Abad Pertengahan dan menceritakan kisah seorang biarawan bernama William dari Baskerville yang ditugaskan untuk menyelidiki serangkaian kematian yang terjadi di sebuah biara di Italia.

Novel ini sangat kompleks dan penuh dengan rincian sejarah dan filsafat. Namun, Eco berhasil menggabungkan elemen-elemen tersebut menjadi sebuah cerita yang sangat menarik dan sulit untuk dilewatkan. Novel ini juga memiliki berbagai lapisan makna dan interpretasi, sehingga dapat dinikmati oleh pembaca dari berbagai latar belakang dan pemahaman.

Selain itu, karakter-karakter dalam novel ini sangatlah kompleks dan memiliki keunikannya masing-masing. William, sebagai karakter utama, memiliki kepribadian yang kompleks dan bisa menjadi subjek interpretasi yang berbeda-beda bagi pembaca. Sementara itu, para biarawan lainnya juga menunjukkan sisi kehidupan biara yang penuh dengan intrik dan konflik.

Novel ini menarik dan sangat direkomendasikan untuk pembaca yang menyukai cerita misteri, sejarah, dan filsafat. Namun, novel ini juga cukup kompleks dan membutuhkan kesabaran dan konsentrasi yang tinggi dari pembaca untuk dapat menikmati cerita secara penuh.

Beberapa pesan yang dapat diambil oleh pembaca dari novel tersebut, di antaranya, novel ini menunjukkan bagaimana kekuasaan gereja pada Abad Pertengahan digunakan untuk mempertahankan kekuasaan dan kontrol atas orang-orang, bahkan melalui tindakan yang tidak adil dan kejam. Pesan ini dapat diaplikasikan pada kehidupan modern, di mana kekuasaan dan otoritas sering digunakan untuk mempertahankan status quo dan kepentingan pribadi, bahkan jika itu melanggar hak asasi manusia dan nilai-nilai etika.

Dalam buku ini, William dari Baskerville memecahkan misteri kematian-kematian yang terjadi di biara dengan menggunakan pengetahuan dan akalnya. Pesan ini menunjukkan betapa pentingnya pengetahuan dan penggunaan akal dalam mencari kebenaran dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.

Buku ini juga menyoroti bahaya fanatisme agama yang dapat menyebabkan konflik dan kekerasan. Beberapa karakter dalam buku ini memegang teguh keyakinan mereka dan bersikeras bahwa keyakinan mereka adalah yang benar, bahkan ketika itu menyebabkan konflik dan kematian. Pesan ini mengajarkan tentang pentingnya toleransi, dialog, dan penghargaan terhadap perbedaan dalam kehidupan sosial.

Salah satu karakter dalam buku ini, Jorge dari Burgos, tergoda oleh kekuasaan dan kemuliaan dalam dunia ini, sehingga mengorbankan nilai-nilai agama dan moralnya. Pesan ini mengajarkan tentang kerentanan manusia terhadap godaan dan bahaya mengorbankan nilai-nilai moral dan agama demi kepentingan pribadi.

Buku ini juga menunjukkan betapa pentingnya pengendalian diri dalam menghadapi tantangan dan frustasi dalam kehidupan. William dari Baskerville, meskipun menghadapi tantangan yang besar dalam mencari kebenaran dan memecahkan misteri kematian-kematian di biara, tetap menjaga kontrol dirinya dan tidak menyerah pada emosi negatif seperti ketakutan dan kecemasan.

The Name of the Rose menyampaikan berbagai pesan yang relevan dengan kehidupan manusia saat ini, mulai dari pentingnya pengetahuan dan penggunaan akal, hingga bahaya fanatisme agama dan pentingnya pengendalian diri dalam menghadapi tantangan kehidupan.[]

Selengkapnya