Stigmata dalam Gereja Katolik, yang Dialami St. Fransiskus dari Asisi Paling Terkenal

May 09, 2023
Last Updated


KOSAKATA
- Pernah mendengar stigmata? Peristiwa yang jarang terjadi pada seseorang sebagai umat beriman. 

Stigmata yang terkenal itu dialami oleh Fransiskus dari Asisi. Santo yang hidup pada abad ke-13.

Stigmata dalam Gereja Katolik mengacu pada tanda-tanda fisik yang mirip dengan luka-luka Kristus di tangan, kaki, dada, atau kepala yang dialami oleh sejumlah orang yang dianggap oleh umat Katolik sebagai "stigmatist" atau "penderita stigmata". 

Biasanya, stigmata ini terjadi pada orang-orang yang sangat beriman dan dianggap memiliki hubungan yang erat dengan Yesus Kristus.

Stigmata yang paling terkenal adalah St. Fransiskus dari Assisi, seorang santo Katolik yang hidup pada abad ke-13. 

Stigmata yang dialaminya adalah luka-luka yang muncul di tangan dan kaki seperti luka paku yang menyerupai luka-luka yang dialami oleh Yesus Kristus pada waktu penyaliban.

Namun, penting untuk diingat bahwa stigmata tidak selalu dianggap sebagai tanda kebenaran kepercayaan seseorang dan bahwa Gereja Katolik tidak secara resmi mengakui semua kasus stigmata. 

Stigmata masih menjadi topik kontroversial di antara umat Katolik dan skeptisisme dari komunitas ilmiah.

Fenomena yang tidak sepenuhnya dipahami, dan tidak ada penjelasan ilmiah yang pasti tentang bagaimana stigmata terjadi. 

Dalam banyak kasus stigmata, luka-luka yang muncul pada tubuh individu tersebut tidak memiliki penyebab yang jelas atau dapat dijelaskan secara medis.

Beberapa ahli mengaitkan stigmata dengan kondisi medis seperti psikosomatis, epilepsi, atau hipnosis, yang mungkin dipicu oleh tekanan emosional atau spiritual yang tinggi. 

Namun, banyak orang yang mengalami stigmata mengklaim bahwa luka-luka tersebut muncul secara tiba-tiba dan tanpa sebab yang jelas.

Dalam pandangan umat Katolik, stigmata dianggap sebagai sebuah misteri dan merupakan tanda kehadiran dan pengalaman mendalam dari Kristus pada individu yang memilikinya.

Meskipun fenomena stigmata ini diterima secara umum oleh Gereja Katolik, Gereja juga sangat berhati-hati untuk memastikan bahwa stigmata tersebut tidak terjadi karena kebohongan, penyakit, atau keadaan psikologis yang tidak stabil. 

Gereja memeriksa secara cermat setiap kasus stigmata dan hanya mengakui stigmatist tertentu sebagai benar-benar memiliki pengalaman tersebut[]

Selengkapnya