Ulang Tahun ke-74, Uskup Agustinus Agus Gelar Upacara Adat Mamasii, Nge-Vlog Bareng Panglima Jilah

November 25, 2023
Last Updated

[Foto: Komsos KAP]

KOSAKATA.ORG - Uskup Agung Pontianak, Mgr Agustinus Agus merayakan ulang tahun ke-74 dengan yang unik. 

Di Rumah Retreat St. Johannes Paulus II, Anjongan, Kabupaten Mempawah, dilaksanakan Mamasii, upacara adat Suku Dayak Taman, yang dilakukan sebagai penghormatan dan penghargaan kepada tokoh yang berjasa dan dihormati serta sukses dalam hidupnya. 

Kegiatan Mamasii ini dilaksanakan setelah pembangunan Rumah Betang di Kompleks Rumah Retret Santo Johanes Paulus II Anjongan yang merupakan niat Uskup Agung Pontianak, Mgr Agustinus Agus sedari awal menginginkan agar Rumah Betang dibuat dengan acara adat Suku Dayak Taman. 

Meskipun Uskup Agustinus berlatar belakang Dayak Pompangk, namun dia sangat berjasa dengan Suku Dayak Taman. 

Sesepuh Dayak Taman, SM Kaphat mengatakan, Uskup Agustinus juga ada membangun dan memiliki Bilik di rumah Betang (Soo Langke) Baligundi di Sibau Hulu makanya Uskup tidak segan mengaku sebagai tokoh Dayak Taman atau suku Taman. 

Menurut Kaphat, Uskup Agustinus Agus sangat besar kepeduliannya terhadap kehidupan budayak Dayak Taman Kapus Hulu, baik sebagai tokoh katolik dan juga sebagai salah satu tokoh Dayak Taman yang peduli terhadap kelestarian adat dan budaya Taman yang ada. 

“Perlu saya sampaikan bahwa Uskup Agustinus ini sewaktu menjadi Uskup di Sintang oleh almarhum ayahanda Daili bin Dadap telah diangkat anak secara resmi atau diakui sebagai anak. Ayahanda Daili bin Dadap ini berasal dari desa Ariung Mendalam atau Semangkok Kecamatan Putussibau Utara,” katanya, (24/11). 

Kaphat juga menambahkan bahwa Uskup Agustinus juga sudah 2 atau 3 kali melaksanakan Gawai Mandung membunuh kerbau atau sapi sesuai dengan adat Dayak Taman Kabupaten Kapuas Hulu. 

Selain sosok Uskup Agung Pontianak, dia memiliki perhatian khusus untuk kebudayaan baik Tionghua, Dayak dan Melayu, hal itu tampak dalam pembangunan Rumah Retret Anjongan dengan corak sejarah dan kebhinekaan. 

Uskup Agustinus selalu mengatakan tanpa nenek moyang, kita tidak mungkin bisa ada sampai saat ini. Untuk itu hargailah orang tua. 

“Hargailah orang tua kita, jangan sampai kita kualat,” tutur Uskup Agustinus.

Kegiatan Mamasii terlaksana pada 24 November 2023 pukul 14.30 WIB yang dimulai dengan perarakan dari Gereja Katolik di Stasi Anjongan kemudian diarak dengan Paruu Tambe atau Sampan Hias adalah sampan Besar yang di Hias dengan Kain Panggar atau kain yang diukir motif Suku Dayak Taman, Daun Kelapa Muda, Ginggilang, Gilingirik Dung Riribu, Papanji dan Bendera adat. 

Meskipun di hulu umumnya menggunakan perahu, untuk di Mempawah senidiri menggunakan mobil yang dihiasi seperti perahu. Perarakan dimulai dengan melewati pasar Anjongan hingga ke Gua Maria Ratu Pencinta Damai dan sampai pada muara Rumah Betang di Rumah Retret Santo Johanes Paulus II Anjongan. 

Sepanjang perjalanan dibunyikan Tabuhan untuk mengiring jalannya Paruu Tambe mulai dari berangkat hingga sampai tujuan. 

Sesampainya di lokasi semua orang yang akan di Mamasii, menurut tata cara Adat Taman Prosesi Mumpang yaitu melintangkan kayu yang masih baru dengan ukuran yang disesuaikan dan di letakkan pada tempat yang sudah tersedia dan posisi yang pantas menurut Adat Taman dengan beberapa orang yang memegang kayu Umpang. 

Umpang tersebut di Potong oleh Tamu disertai suhuhan minuman Air Maram atau minuman sejenisnya yang sudah diakui dalam prosesi Mumpang Adat Taman. 

Dalam undangan tertera mereka yang memotong Umpang diantaranya ada Uskup Agung Pontianak, Mgr. Agustinus Agus, sesepuh Masyarakat Dayak Taman dan Tokoh Adat Dayak Kalimantan Barat, Sebastian Massarady Kaphat. 

Vlog Panglima Jilah TBBR dan Uskup Agustinus 

Uskup Agustinus sempat diberikan ucapan ulang tahun oleh Pangalima Jilah lewat pesan WA secara personal. 

Dalam pesan tersebut Pangalima Jilah mengucapkan selamat ulang tahun untuk Uskup. Kemudian Uskup Agustinus menjawab dan menanyakan posisi Pangalangok Jilah. 

Uskup Agustinus dalam pesannya jika Panglima Jilah bisa hadir, tentu dia sangat senang. Begitulah kira-kira warna bahasa Uskup Agustinus. 

Memang sore hari persisnya saat Uskup Agustinus usai memotong Umpang, Pangalima Jilah secara personal hadir untuk mendampingi Uskap Agustinus mengadakan Mamasii, (24/11). 

Dalam vlog pribadi Pangalima Jilah (Akun Tiktok Pangalangok Jilah), dia sempat meminta saran Uskup Agustinus dan harapannya tentang kebudayaan yang bertepat dengan ulang tahun. 

“Saya senang bahwa dalam rangka ulang tahun saya, diadakan upacara Mamasi salah satu budaya pada Suku Dayak Taman. Saya sengaja mengadakan adat ini, terutama supaya kaum-kaum kita tahu acara nenek moyang dan menghargai nenek moyangnya,” kata Uskup Agustinus. 

Uskup Agustinus melanjutkan pesannya dengan menitikberatkan bahwa siapapun kita, tetaplah kita ada karena orang tua. 

“Kita itu lahir dari orang tua, dan kakek-nenek, maka melalui budaya ini saya pribadi selaku uskup, sangat menghormati Adat Budaya, yang sungguh-sungguh juga mendukung keagamaan. Banyak adat-adat yang lebih baik, lebih luhur tentu setiap budaya punya ciri khasnya,” tambah Uskup Agustinus.

Uskup Agustinus juga berterima kasih kepada Pangalima Jilah karena turut hadir dalam ulang tahunnya yang ke 74 bertepat dengan acara adat Mamasii. Dia juga mengajak kaum muda untuk melestarikan adat dan budaya untuk mendukung perdamaian. 

“Terima kasih, kita ini sama-sama nama Agustinus. Saya (Uskup) Agustinus Agus, dia Agustinus Jilah haha,” tutup Uskup Agustinus dalam vlog Pangalagok Jilah. 

Sambutan hangat juga dilontarkan Pangalima Jilah kepada Uskup Agustinus dengan mengungkapkan kalimat ‘luar biasa’. 

“Luar biasa Uskup. Dayak Ganteng Uskup,” kata Panglima Jilah.

Mamasii yang diadakan di Anjongan ini merupakan, kegiatan penghargaan kepada orang-orang pilihan yang pantas diberikan penghormatan secara adat diantaranya ada kepala atau panglima perang, para Hulu Balang, para Pejuang yang gagah berani. 

Pejabat tinggi Negara atau Pemerintahan yang banyak berjasa kepada Nusa dan bangsa tanpa cacat cela. Tokoh-tokoh masyarakat yang termasyhur serta banyak yang berjuang membela kepentingan rakyat dan tokoh pilihan karena jasa mereka. 

Kegiatan ditutup dengan tarian masal dan dilanjutkan dengan makan malam bersama. 

Oleh: Samuel, Komsos KAP

Selengkapnya