Kekuatan Imajinasi dalam doa Katolik, Ini 4 Cara Kerja Kontemplatif Imajinatif dari Doa Ignatius Loyola

April 25, 2024
Last Updated


KOSAKATA.ORG - Lain kali Anda berdoa, pertimbangkan untuk melibatkan imajinasi Anda daripada mencoba mengendalikannya.

Biarkan itu memberikan gambaran yang jelas, memungkinkan Anda memasuki narasinya. Begini caranya.

Doa, seperti yang diingatkan oleh semua orang suci dan mistikus, adalah sumber kehidupan jiwa Katolik.

Namun jalan doa terkadang terasa kering, sulit, bahkan sulit dipahami.

Pikiran kita berpacu, kata-kata menjadi hampa, dan rasa kebersamaan yang kita dambakan tampaknya terputus-putus.

Di sinilah kemampuan imajinasi yang sering diabaikan menjadi kekuatan vital, membuka kedalaman tak terduga dalam laku rohani kita.

Orang-orang suci dalam tradisi kita memahami kekuatan imajinasi. St Teresa dari Avila, Pujangga Gereja yang agung, terkenal dengan istilah imajinasi la loca de la casa – “wanita gila di rumah.”

Beliau menyadari kecenderungannya untuk memutarbalikkan cerita-cerita yang mengganggu, namun juga mengakui potensinya untuk membimbing kita menuju doa yang lebih dalam.

Namun, St Ignatius dari Loyola, pendiri Jesuit, yang benar-benar mengkodifikasikan penggunaan imajinasi dalam “composition de lugar” – sebuah ungkapan yang secara harfiah dapat diterjemahkan sebagai “komposisi tempat,” tetapi juga menyiratkan “menempatkan diri sendiri dalam adegan itu.”

Ignatius memahami kekuatan imajinasi untuk menjembatani kesenjangan antara pikiran dan perasaan, mengubah doa menjadi perjumpaan yang berpusat pada hati dengan Tuhan.

Berikut cara kerja doa Ignatian dengan imajinasi. Ada yang menyebutnya “kontemplasi imajinatif”:

1. Pilih Bagian Kitab Suci 

Pilih adegan yang kaya akan detail , seperti Yesus menenangkan badai (Markus 4:35-41) atau Perjamuan Terakhir (Yohanes 13:1-17).

2. Libatkan Indra

Di sinilah imajinasi memainkan peran utama. Orang yang berdoa seharusnya membayangkan pemandangan yang dilihatnya : gulungan ombak, ruangan tempat Yesus makan terakhirnya.

Ignatius merekomendasikan untuk mendengarkan” suara-suara : deru angin, gumaman para murid. Anda bahkan bisa “merasakan” hembusan badai, atau hangatnya ruangan.

3. Menjadi Partisipan

Ignatius merekomendasikan untuk tidak sekedar mengamati kejadian tersebut tetapi juga memasukinya. 

Berdirilah di samping para murid di perahu atau duduk bersama Petrus pada Perjamuan Terakhir.

Sesampai di sini, seseorang dapat berinteraksi dengan Yesus atau rasul atau orang lain di ruangan itu.

4. Renungkan dan Tanggapi

Sekarang, ini bukan hanya soal bermain-main dengan imajinasi. Setelah memikirkan kejadian tersebut, seseorang dipanggil untuk merenungkan emosi yang ditimbulkannya.

Apa yang diajarkan tindakan Yesus kepada Anda? Bagaimana pengaruh kehadirannya terhadap Anda? Jika Anda mau, ini adalah versi imajinatif dari Lectio Divina klasik.

Tanggapan terhadap latihan ini biasanya berupa doa yang tulus dan spontan: percakapan yang dipicu oleh pengalaman imajinatif.

Singkatnya, komposisi lugar Ignatius memungkinkan kita untuk:

1. Personalisasikan Kitab Suci

Dengan menempatkan diri kita dalam cerita, kita terhubung dengan tokoh dan ajaran pada tingkat yang lebih dalam. Membaca menjadi pengalaman yang “dihidupi”.

2. Perjumpaan dengan Yesus

Dengan menggunakan imajinasi kita, kita bergerak melampaui konsep dan pengalaman abstrak serta membina hubungan yang lebih intim dengan Tuhan.

3. Libatkan Emosi Kita

Imajinasi menyentuh perasaan kita, menjadikan doa lebih bermakna dan berdampak.

Jadi lain kali Anda berdoa, pertimbangkan untuk menggunakan imajinasi Anda daripada mencoba “mengendalikannya”.

Biarkan itu memberikan gambaran yang jelas, memungkinkan Anda memasuki narasi dan bertemu dengan Yang Ilahi dengan cara yang transformatif.

Ingat, doa bukan hanya sekedar kata-kata; ini tentang membangun hubungan Anda dengan Tuhan. Imajinasi bisa menjadi jembatan yang kuat untuk membawa kita ke sana.[*]

Sumber: Aletea

Selengkapnya